Jumat 05 Jan 2024 15:36 WIB

Surat Al Qariah Menurut Tafsir Prof KH Quraish Shihab

Al Qariah menerangkan tentang hari kiamat.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Sejumlah anak tuna rungu belajar mengaji dengan menggunakan bahasa isyarat di Masjid Al Azhom, Tangerang, Banten, Selasa (3/10/2023). Mereka belajar mengaji dengan menggunakan Mushaf Alquran isyarat dan nantinya diharapkan mampu membaca Alquran dengan lancar.
Foto:

Di sana terjadi hal-hal yang tidak dapat dicakup penjelasannya oleh bahasa manusia, tidak juga dapat tergambar kedahsyatannya oleh nalar mereka.

"Pada hari kiamat itu, manusia seperti anai-anai (rayap) yang bertebaran," karena banyaknya dan bertumpuknya manusia serta lemahnya mereka, serta karena sebagian besar mereka terjerumus dalam api yang menyala-nyala, dan gunung-gunung yang engkau lihat sedemikian tegar menjadi seperti bulu yang demikian ringan dan dihambur-hamburkan sehingga bagian-bagiannya terpisah-pisah diterbangkan angin. 

Kata al qari'ah terambil dari kata qara‘a yang berarti mengetuk. Ini karena suara menggelegar yang diakibatkan oleh kehancuran alam raya sedemikian keras, sehingga bagaikan mengetuk lalu memekakkan telinga bahkan hati dan pikiran manusia. Ketika itulah terjadi ketakutan dan kekalutan yang luar biasa sebagai dampak dari suara yang bagaikan ketukan keras itu.

Sementara, ulama menegaskan bahwa pengguna bahasa Arab menggunakan kata Qari'ah dalam arti semua peristiwa yang besar dan mencekam, baik disertai dengan suara keras maupun tidak. 

Pengulangan kata al qari'ah pada ayat kedua bertujuan menggambarkan rasa heran serta takut yang mencekam. Seakan-akan keadaan ketika itu diilustrasikan walau dalam bentuk sederhana adanya, seorang yang mengetuk rumah dengan sangat keras, tidak seperti apa yang selama ini dikenal, sehingga yang di dalam rumah bertanya sambil ketakutan. “Siapa yang mengetuk itu.”

Rujuklah ke Alquran surat Al Infithar ayat 17 untuk memahami ungkapan wa ma adraka.

Kata al farasy ada yang memahaminya dalam arti belalang yang baru saja lahir. Ketika itu, mereka saling tindih-menindih, dan mengarah ke aneka arah tanpa menentu.

Kata al-'ihn adalah bulu. Ada juga yang memahaminya dalam arti bulu yang berwarna merah atau berwarna-warni. Itu karena sebagaimana juga ditegaskan oleh Alquran surat Fathir ayat 27. Gunung-gunung bermacam-macam warnanya, itu disebabkan adanya perbedaan materi-materi yang dikandung oleh batuan gunung-gunung tersebut. Jika materinya besi, maka warna dominannya adalah merah, jika materinya batubara, maka warna dominannya hitam, jika materinya perunggu, maka gunung tersebut berwarna kehijau-hijauan, dan seterusnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement