Jumat 14 Apr 2023 11:43 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Memasifkan Kualitas Ibadah di Akhir Ramadhan

Ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita semua.

Suasana Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (14/4/2023) dini hari. Pada sepuluh hari menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, umat muslim melakukan itikaf atau berdiam diri di masjid dengan beribadah untuk meraih malam lailatul qadar atau malam kemuliaan. Naskah Khutbah Jumat: Memasifkan Kualitas Ibadah di Akhir Ramadhan
Foto:

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Kita croscek kembali, apakah puasa yang dijalani selama 12 jam lamanya itu telah dan pasti diterima oleh Allah? Tentu harapannya demikian. Tetapi manakala misalnya, puasa yang kita jalani itu tidak berarti bagi Allah, maka alangkah meruginya kita berpuasa. Puasa hanya sebatas ritual tahunan semata tidak melahirkan apa-apa dengan kata lain hampa tak bernilai. Nabi Muhammad Saw pernah mengingatkan,

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

Artinya: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR Ibnu Majah).

Puasa yang tengah dijalani ini meniscayakan kelahiran insan berkualitas. Yakni insan yang mampu berubah dari yang baik ke yang lebih baik. Untuk mewujudkan insan berkualitas, umat Islam perlu memperhatikan dua hal berikut.

Pertama, kualitas takwa. Setiap mukmin harus memiliki kualitas takwa yang baik. Maka, Tuhan menjadikan puasa sebagai koridor untuk meningkatkan kualitas takwa hamba-Nya.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS al-Baqarah [2]: 183).

Takwa ialah usaha menjalani perintah (al-awamir) dan larangan (al-nawahi) Tuhan sebagaimana dilukiskan di dalam Al-Qurían dan Al-Sunnah. Membangun ketakwaan harus dilandasi dengan ketulusan hati dan kejernihan nalar agar mempercepat proses peningkatan kualitas takwa.

Dalam Makrifat Paginya, Yudi Latif (2018) mengatakan bahwa takwa sebagai cara manusia ‘menuhan’, meniru dan mendekati sifat Tuhan. Sedang insan adalah cara Tuhan ‘memanusia’, menampakkan sifat-sifat-Nya dalam diri manusia. Hanya manusia yang mengenali Tuhan-Nya. Pengenalan diri adalah kunci pembuka rahasia alam semesta.

Dalam konteks ini, proses konstruksi kedirian seorang individu dalam manifestasi orang yang bertakwa terpancar dari kesanggupan untuk menahan dari perangai angkara murka, gemar memaafkan, bersabar dalam kesempitan, mendirikan salat, menginfakkan hartanya baik di waktu lapang maupun sempit, istighfar ketika sahur, dan lain sebagainya. Semua ini harus menghunjam sampai ke dalam jiwa peserta puasa baik laki-laki (shaíimin) maupun perempuan (shaíimat).

sumber : https://suaramuhammadiyah.id/2023/04/13/memasifkan-kualitas-ibadah-di-akhir-ramadhan/
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement