Jumat 14 Apr 2023 11:43 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Memasifkan Kualitas Ibadah di Akhir Ramadhan

Ramadhan sebentar lagi akan meninggalkan kita semua.

Suasana Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (14/4/2023) dini hari. Pada sepuluh hari menjelang berakhirnya bulan suci Ramadhan, umat muslim melakukan itikaf atau berdiam diri di masjid dengan beribadah untuk meraih malam lailatul qadar atau malam kemuliaan. Naskah Khutbah Jumat: Memasifkan Kualitas Ibadah di Akhir Ramadhan
Foto:

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Al-Qur’an yang telah hadir di tengah-tengah kita, apakah selama Ramadhan kita mendekat atau justru menjauhinya? Padahal Al-Qur’an sebagai pasangan autentik. Kita tentu telah menemukannya sepanjang hidup kita. Tiada hari kita tak bersua dengannya. Setiap pergi ke masjid, pasangan kita sudah berada di dalam masjid menunggu kita untuk diajak berinteraksi. Yakni berinteraksi lewat membaca, memahami, dan mengaplikasikan pelbagai wejangan-wejangan yang terbentang di dalamnya.

Pasangan ini dapat memberikan ruang pencerahan diri bagi umat Islam, lebih-lebih umat lain yang berkehendak untuk berinteraksi dengannya. Memang, pasangan ini telah disiapkan Tuhan, dan Dia sendiri yang menjaganya sampai kedatangan hari kehancuran seluruh jagat semesta raya.

إِنَّا نَحۡنُ نَزَّلۡنَا ٱلذِّكۡرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

Artinya: “Sungguh Kami (Allah bersama Jibril yang diperintah-Nya) menurunkan Al-Qur’an, dan Kami yakni Allah dengan keterlibatan manusia) yang memeliharanya”. (QS al-Hijr [15]: 9).

Selain Al-Qur’an, amalan lain di bulan Ramadhan adalah iktikaf. Iktikaf menjadi momen penting karena di sini umat Islam melakukan proses taqarrub ila allah (mendekatkan diri kepada Allah). Iktikaf menjadi ibadah yang dilakukan secara berdiam diiri di dalam masjid (menetap) tanpa meninggalkannya dengan niat menjalani iktikaf. Allah berfirman:

وَاِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَاَمْنًاۗ وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَّقَامِ اِبْرٰهٖمَ مُصَلًّىۗ وَعَهِدْنَآ اِلٰٓى اِبْرٰهٖمَ وَاِسْمٰعِيْلَ اَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْعٰكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka’bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat salat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang iktikaf, orang yang rukuk dan orang yang sujud!”. (QS al-Baqarah: 125).

Iktikaf dikerjakan ketika telah berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Pada waktu ini, banyak umat Islam yang ingin menggapai sebuah malam yang sangat mulia, yakni malam Lailatul Qadar. Malam ini jauh lebih baik daripada malam 1000 bulan (83,3 tahun). Karena pada malam ini, para malaikat turun bersama Jibril atas izin Allah untuk mengatur segala urusan. Dan satu hal yang perlu digarisbawahi adalah tidak ada kepastian waktu terjadinya Lailatul Qadar. Karena Nabi Muhamamd Saw hanya menyebutkan malam itu terjadi pada 10 hari terakhir Ramadhan.

فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ وَالْتَمِسُوهَا فِي كُلِّ وِتْرٍ

Artinya: “Carilah lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, carilah pada malam-malam ganjil.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Di antara cara meraih lailatul qadar sebagaimana dicontohkan oleh Nabi adalah dengan memaksimalkan ibadah di sepuluh hari yang terakhir bulan Ramadhan. Puasa kita hendaknya lebih dijaga kualitasnya. Juga ibadah-ibadah lainnya seperti salat fardlu berjamaah, salat tarawih, tadarrus, sedekah dan seterusnya. Terutama ibadah di waktu malamnya. Nabi juga mengajarkan ibadah iktikaf dengan berdiam di masjid pada sepuluh hari yang terakhir (Jaenal Sarifudin, Hikmah Ramadhan, KR 11 April 2023).

sumber : https://suaramuhammadiyah.id/2023/04/13/memasifkan-kualitas-ibadah-di-akhir-ramadhan/
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement