REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Alquran pada pokoknya adalah kitab petunjuk (hudan). Petunjuk Alquran itu bersifat sempurna (kamil), bahkan paripurna (mutakamil). Karena, ia membimbing dan membawa manusia kepada jalan yang tepat dan kuat (aqwam).
Penting dicatat, kata aqwam di atas merupakan bentuk tafdhil dari qawim, yang bermakna lurus dan tegak. Kata aqwam juga berakar dari kata qama atau qiyam, yang berarti berdiri.
Setiap orang tentu tahu bahwa berdiri (qiyam) mengandung makna kekuatan karena orang yang berdiri jelas lebih kuat ketimbang orang yang duduk. Ini berarti, petunjuk Alquran, bila dihayati dan diaplikasikan dengan benar, akan memberi kekuatan dan kemajuan bagi manusia.
Kekuatan dan keunggulan petunjuk Alquran ini, menurut para pakar tafsir, dapat dipahami dalam beberapa makna. Pertama, petunjuk Alquran lebih sempurna daripada kitab-kitab terdahulu yang diturunkan kepada Bani Israil.
Kedua, petunjuk Alquran sesuai dengan naluri dan watak dasar manusia (fitrah) sehingga kekal dan abadi
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا ۚ فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ۚ لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar-Rum [30]: 30).
Ketiga, petunjuk Alquran bersifat komprehensif karena berbicara dan mengatur segala segi kehidupan manusia, tanpa ada sedikit pun yang terlewatkan.
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ ۚ مَا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS Al-Anam [6]: 38).
Ada satu lagi keunggulan petunjuk Alquran. Menurut Sayyid Quthb, petunjuk Alquran merupakan jalan tengah (tawassuth) yang memperlihatkan moderasi (tawazun) antara aspek materi dan spiritual, dunia dan akhirat, antara akidah, syariah, dan akhlak, serta antara kehidupan individu, pemerintah, dan masyarakat.
Inilah petunjuk yang merupakan hukum keseimbangan (al-mizan). Kita tak boleh melanggar hukum keseimbangan ini karena akan menimbulkan keguncangan (dis-equilibrium) dalam kehidupan
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.” (QS Arrahman [55]: 7-8).
Kitab suci Alquran, kata Prof Fazlur Rahman, bersifat antropologis dalam arti diturunkan untuk kebaikan manusia sepenuhnya. Lihat saja, Alquran menyebut dirinya sebagai petunjuk sebagai berikut: