Kedua, pendidikan yang lemah lembut dan romantis.
Di antara yang menunjukkan kelemahlembutan Nabi Muhammad SAW dalam mendidik istri-istri beliau sebagaimana yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu ‘anha, "Nabi SAW memegang tanganku, kemudian berisyarat menunjuk ke bulan, seraya berkata, 'Wahai Aisyah, mintalah perlindungan kepada Allah dari keburukan ini. Sesungguhnya ini adalah kejahatan malam jika telah gelap gulita'." (HR Ahmad).
Sebelum mengajari Aisyah, Nabi SAW memegang tangannya yang menunjukkan betapa baik dan lemah lembutnya Nabi SAW dalam mendidik istri beliau. Begitu pula tatkala bersama Shafiyah, beliau mengusap air mata Shafiyah dengan tangannya saat Shafiyah menangis.
Dari Anas Bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, "Suatu ketika, Shafiyah bersama Rasulullah SAW dalam perjalanan. Hari itu adalah gilirannya (bersama Nabi SAW). Akan tetapi, Shafiyah sangat lambat sekali jalannya. Lantas, Rasulullah SAW menghadap kepadanya, sedangkan ia menangis dan berkata, 'Engkau membawaku di atas unta yang lamban.’ Kemudian Rasulullah SAW menghapus air mata Shafiyah dengan kedua tangannya." (HR An-Nasa’i)
Selain dua riwayat tersebut, bentuk romantisnya Nabi SAW adalah dengan memberikan panggilan cinta kepada istri beliau, meletakkan kaki istrinya di atas lutut beliau hingga naik (ke unta), mengantar istri beliau, mencium istri beliau, tidur di pangkuan istri, dan yang lainnya.
Salah satu bentuk panggilan romantis yang populer adalah Nabi Muhammad SAW memanggil istrinya (Aisyah) dengan panggilan 'Ya Khumaira' wahai istriku yang kemerah-merahan. Kalimat khumaira adalah bentuk tasghir dari kalimat khamra yang salah satu fungsinya adalah untuk menyatakan panggilan kepada seseorang karena kedekatan dan rasa sayang sebagaimana Alquran menggunakan kalimat Ya Bunayya yang berasal dari kata Bunuwwun untuk menunjukkan rasa dekat dan sayang kepada anak.