Jumat 03 Jun 2022 09:35 WIB

Naskah Khutbah Jumat: Meraih Kebahagiaan di Negeri Akhirat

Tuhan yang disembah itu hanyalah Allah SWT.

Naskah Khutbah Jumat: Meraih Kebahagiaan di Negeri Akhirat
Foto:

Jama’ah Jum’at rahimakumullah

Al Qur’an, seperti diketahui adalah diturunkan di muka bumi ini, tepatnya di negara Arab 14 abad silam, saat mana di negara-negara tersebut begitu berkecamuknya pola pemikiran dan gaya hidup kebanyakan orang seorang yang bernuansakan kejahiliyahan, baik dalam hubungan dengan sesama manusia, maupun hubungan dengan Tuhan.

Mereka melakukan penyembahan-penyembahan terhadap benda/makhluk yang dianggap bisa mendatangkan manfaat serta diyakini bisa menghindarkan dari kemudharatan atau malapetaka. Seperti berhala, matahari, bulan, binatang serta benda atau makhluk yang lainnya.

Di samping itu secara rutin mereka juga mengadakan upacara atau acara ritual, misal mencari air antara bulan Rajab dan Ramadlan, yang kemudian dikenal sebagai upacara ritual atau peribadatan – nisfu Sa’ban – Mengapa hal itu dilakukannya? Mereka bermaksud mendatangkan air hujan, karena pada bulan-bulan itu di negara tersebut udara sangat panas, terjadi kekeringan dimana-mana.

Sayangnya, acara-acara yang tidak berdasar syar’i ini kini masih dilestarikan oleh sebagian ihwan Muslim kita, yaitu mengadakan serangkaian acara atau peribadatan guna menyongsong nisfu Sya’ban.

Al Qur’an telah diturunkan ke bumi ini, maka bagi seseorang yang mengaku dirinya Muslim harus meyakini kebenarannya. Firman Allah SwT sebagai tersurat dan tersirat dalam Al-Qur’an adalah benar-benar sebagai penerang serta sebagai satu-satunya solusi yang tepat, benar/hak untuk membebaskan pemikiran serta akhlak manusia dari belenggu kejahiliyahan untuk menuju kepada pemapanan pemikiran dan kehidupan serta pemantapan keyakinan menuju pemahaman akidah yang murni, yaitu mentauhidkan Tuhan Allah SwT.

Mungkin timbul suatu pertanyaan, benarkah dengan diturunkannya Al-Qur’an, apakah orang seorang sudah terbebas dari nuansa kejahiliyahan? Jawabannya, belum semua! Mengapa begitu? Karena sebagian besar manusia masih suka serta mencintai dan menggemari kejahiliyahan!

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement