REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Surat Al-Hajj ayat 46, Allah SWT menyampaikan pesan yang dalam dan mendalam tentang kondisi orang-orang yang menolak ajaran Allah yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Dalam Tafsir Wajiz disebutkan, “Maka apakah mereka tidak pernah berjalan di bumi menyaksikan peninggalan umat terdahulu atau mengkajinya secara mendalam sehingga kalbu, kecerdasan emosi, dan spiritual mereka dapat memahami atau merenungkan ajaran Alquran atau telinga mereka dapat mendengar ajakan Rasul untuk beriman kepada Allah?" Mata, telinga, dan pikiran mereka tertutup. Oleh sebab itu, sejatinya bukan mata lahiriah mereka itu yang buta sehingga tidak dapat melihat bukti-bukti kebenaran ajaran Rasulullah, tetapi yang buta adalah mata hati mereka yang ada di dalam dada mereka.
Berikut bunyi Surat Al-Hajj ayat 46:
اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَتَكُوْنَ لَهُمْ قُلُوْبٌ يَّعْقِلُوْنَ بِهَآ اَوْ اٰذَانٌ يَّسْمَعُوْنَ بِهَاۚ فَاِنَّهَا لَا تَعْمَى الْاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعْمَى الْقُلُوْبُ الَّتِيْ فِى الصُّدُوْرِ
Tidakkah mereka berjalan di bumi sehingga hati mereka dapat memahami atau telinga mereka dapat mendengar? Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang berada dalam dada. (QS. Al-Hajj: 46).
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali menyaksikan contoh betapa seseorang bisa memiliki mata yang sempurna secara fisik namun hatinya buta terhadap kebenaran dan keindahan yang ada di sekitarnya.
Ada yang memiliki pandangan yang tajam tentang kehidupan material namun memilih untuk mengabaikan keberadaan Allah SWT dan tanda-tanda kebesaran-Nya yang terpampang jelas di alam semesta ini. Mereka buta terhadap keajaiban penciptaan dan tidak mau merenungkan makna yang terkandung di dalamnya.
Kadang-kadang, orang bisa begitu sibuk dengan urusan dunia sehingga mereka lupa untuk merasakan empati terhadap sesama. Mereka bisa memiliki segalanya secara materi, tetapi tetap merasa kekurangan karena kekeringan dalam memberikan dan menerima cinta, kasih sayang, dan empati.
Bahkan ketika kebenaran tersaji dengan jelas di hadapan seseorang, hati yang buta akan menolak untuk menerimanya. Mereka mungkin menutup mata mereka terhadap fakta-fakta yang bertentangan dengan keyakinan atau pandangan mereka sendiri.
Untuk menghindari kebutaan hati yang disebutkan dalam ayat Alquran, umat Muslim perlu memperhatikan dan memperkuat penglihatan hati. Cara untuk melakukannya antara lain:
Pertama, bersedekah dan berbuat baik terhadap sesama
Allah menganjurkan kepada umat Muslim untuk saling berbagi dengan sesama, sebagaimana dijelaskan pada Surat Al-Baqarah ayat 267, yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Al-Baqarah: 267).
Halaman berikutnya >>>