Ahad 26 Nov 2023 16:34 WIB

Dzikir Paling Utama Ini Dekat dengan Keseharian, Tetapi Justru Banyak Ditinggalkan

Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan untuk Muslim

Rep: Rossi Handayani, Mabruroh / Red: Nashih Nashrullah
Seorang Jamaah membaca Alquran (ilustrasi). Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan untuk Muslim apalagi membaca Alquran.
Foto: Republika
Seorang Jamaah membaca Alquran (ilustrasi). Dzikir mempunyai sejumlah keutamaan untuk Muslim apalagi membaca Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebaik-baik dzikir yang seharusnya dipraktikkan seorang hamba adalah membaca Alquran. Sebab Alquran adalah perkataan Allah SWT, perkataan yang paling baik, indah, istimewa, bermanfaat dan paling jujur. 

Pengasuh pesantren Tunas Ilmu Purbalingga sekaligus dosen Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyyah Imam Syafi'i Jember, Ustadz Abdullah Zaen Lc MA, mengatakan Alquran merupakan wahyu dari Allah SWT, sebuah kitab yang paling utama yang diturunkan kepada nabi yang paling mulia, Muhammad shallallahu’alaihiwasallam. Allah Ta’ala berfirman:

Baca Juga

"إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ" “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Dzikir (Alquran), dan pasti Kami (pula) yang menjaganya.” (QS Al-Hijr ayat 9).

"Alquran tidak akan pernah membosankan walaupun dia dibaca berulang-ulang, keajaiban kandungannya tidak ada habisnya dan barang siapa membacanya dia akan meraih limpahan pahala. Siapapun yang mengamalkan isinya dan mengajak orang lain kepadanya ia akan terhantarkan kepada jalan yang lurus," kata Ustadz Abdullah dalam pesan Telegram yang diterima Republika.co.id, Ahad (26/11/2023).  

Abu Abdirrahman as-Sulamy menjelaskan, “Keutamaan Alquran dibanding perkataan lainnya seperti keutamaan Allah dibanding para makhluk-Nya. Sebab Alquran adalah bagian dari-Nya.” 

Keharuman seseorang tergantung apakah dia membaca Alquran atau tidak. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda: 

"الْمُؤْمِنُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالْأُتْرُجَّةِ؛ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌبٌ. وَالْمُؤْمِنُ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَعْمَلُ بِهِ كَالتَّمْمْرَةِ؛ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا. وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالرَّيْحَانَةِ؛ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ. وَمَثَلُ الْمُنَافِقِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْحَنْظَلَةِةِ؛ طَعْمُهَا مُرٌّ أَوْ خَبِيثٌ وَرِيحُهَا مُرٌّ" 

“Mukmin yang membaca Alquran dan mengamalkannya seperti buah Utrujjah (semacam jeruk); rasanya enak dan baunya harum. Mukmin yang tidak membaca Alquran namun mengamalkannya seperti buah kurma, rasanya enak namun tidak ada baunya. Perumpamaan munafik yang membaca Alquran seperti Raihanah (sejenis Kemangi), baunya harum tapi rasanya pahit. Dan perumpamaan munafik yang tidak membaca Alquran seperti Hanzhalah; rasanya pahit dan baunya tidak sedap.” (HR Bukhari dari Abu Musa al-Asy’ary radhiyallahu’anhu). 

"Perbanyaklah membaca Alquran, sebab itulah ukuran kadar kecintaan kita kepada Allah ta’ala," kata Ustadz Abdullah.  

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu’anhu menerangkan, “Barang siapa ingin mengetahui apakah dirinya mencintai Allah atau tidak, lihatlah bagaimana sikap dirinya terhadap Alquran. Jika ia mencintai Alquran, sesungguhnya ia mencintai Allah. Sebab Alquran adalah perkataan Allah SWT.”    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement