Dalam dua ayat ini saja telah menunjukkan, bahwa kebaikan seseorang yang dilakukan semata karena Allah; akan diganjar oleh-Nya dengan kebaikan yang berlipat (khair). Berbeda dengan keburukan; Allah tidak akan membalasnya kecuali serupa atau semisal dengan apa yang diperbuatnya.
Hal ini menggambarkan bahwa kebaikan-Nya adalah bagian dari rahmat-Nya yang mendahului kemurkaannya. Nabi Muhammad bersabda:
لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ – هُوَ يَكْتُبُ عَلَى نَفْسِهِ ، وَهْوَ وَضْعٌ عِنْدَهُ عَلَى الْعَرْشِ – إِنَّ رَحْمَتِى تَغْلِبُ غَضَبِى
“Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Dia menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas ‘Arsy, “Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan kemurkaan-Ku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka tak-pelak lagi, jika Allah senantiasa menganugerahkan kebaikan-Nya berdasarkan pada Rahmat. Seturut dengan hal itu, mereka yang selalu beramal baik, adalah mereka yang senantiasa berada dalam Rahmat Allah SwT, “Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al’Araf: 56).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Khutbah kedua...