Jamaah Jumat rahimakumullah
Hedonisme erat kaitannya dengan godaan dan nafsu manusia akan kesenangan semata. Hedonisme akan berakibat buruk baik bagi individu yang menjalaninya maupun lingkungan di sekitarnya. Dampak hedonisme akan membuat hidup seseorang malah tidak bahagia. Berikut di antara dampak buruk dari gaya hidup hedonis.
Pertama, meningkatkan perilaku konsumtif
Hedonisme yang kita kenal sekarang sudah bergeser maknanya dari mengejar kesenangan yang bisa bermacam bentuknya, menjadi lebih ke bentuk materi dan perilaku konsumtif. Dalam upayanya untuk memuaskan kesenangannya akan materi, seorang hedonis bisa saja menghabiskan barang dan jasa yang tersedia secara berlebihan. Seorang hedonis begitu mudah menghamburkan uang demi sekadar pamer merk atau barang mahal.
Dan orang-orang yang suka menghamburkan harta untuk perkara yang tidak bermanfaat itu termasuk saudara setan. Allah SWT berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” [QS. Al-Isra’: 26-27]
Kedua, memiliki pandangan hidup serba instan
Seorang hedonis akan melihat suatu harta sebagai hasil akhir dan tidak terlalu menganggap proses untuk mencapai hasil akhir tersebut. Akibatnya, seseorang akan melakukan pembenaran dalam memenuhi semua kesenangannya, meskipun tindakan yang dilakukannya salah.
Penganut hedonisme cenderung melakukan apa pun meskipun harus melanggar hukum, hanya untuk memenuhi kesenangannya sendiri. Mengambil harta orang lain baik sedikit atau banyak secara batil jelas perbuatan yang sangat mengganggu rasa aman orang lain.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” [QS. An-Nisā’: 29]
Ketiga, berorientasi pada harta
Seorang hedonis bisa saja memiliki pandangan semu bahwa memiliki barang-barang berteknologi mutakhir dan serba mewah adalah suatu kemuliaan bagi dirinya. Inilah ciri-ciri hedonisme yang kemudian memunculkan sikap sombong.
Para hedonis merasa berada di strata sosial yang tinggi. Perasaan bahwa dia lebih unggul atau kelas yang berbeda dari orang lain. Perasaan superior atas makhluk Allah yang lain yang berangkat dari persepsi yang menyimpang bahwa apa yang ada pada dirinya lebih unggul dari yang lain adalah cara berpikir ala Iblis.
قَالَ يَا إِبْلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ ۖ أَسْتَكْبَرْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ الْعَالِينَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ ۖ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ
“Hai iblis! Apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku? Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi? Iblis berkata, “Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”. [QS. Shād:75-76]