Dalam ayat ini ditegaskan bahwa Allah menciptakan beragam jenis manusia yang semuanya itu bukan untuk saling menyalahkan, merasa paling benar, merasa paling baik, dan merasa paling lebih dari yang lain. Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa semua perbedaan yang diciptakan oleh Allah ini adalah untuk saling kenal, saling memahami, saling toleransi dan tidak saling menyalahkan. Bukan hanya memahami perbedaan terkait suku, warna kulit, bentuk tubuh, dan hal-hal yang bersifat fisik lainnya, namun juga saling memahami pada pendapat, pemikiran, pemahaman, dan cara pandang yang berbeda-beda dari setiap individu manusia.
Termasuk dalam cara pandang dalam memahami nash atau teks-teks keagamaan yang diturunkan oleh Allah dalam wujud Al-Qur’an dan sunnah atau hadits Nabi Muhammad saw. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Sebagai contoh perbedaan penafsiran dalil dan metode dalam menentukan awal bulan Hijriyah yang sampai saat ini terus terjadi.
Terlebih saat menentukan bulan-bulan istimewa seperti Ramadhan yang di dalamnya diwajibkan untuk berpuasa 1 bulan penuh, Syawal yang menjadi waktu Hari Raya Idul Fitri, dan Dzulhijjah yang merupakan waktu Hari Raya Idul Adha serta pelaksanaan ibadah haji. Dengan perbedaan yang ada ini, maka tidak heran pula terjadi perbedaan pada awal dan akhir puasa Ramadhan, beda pelaksanaan hari Raya Idul Fitri dan beda waktu Hari Raya Idul Adha.
Perbedaan ini tidak boleh menjadi bahan perselisihan dan pertentangan. Sebaliknya, perbedaan ini menjadi bukti betapa dalamnya khazanah keilmuan agama Islam sekaligus mengajarkan kepada umat Islam untuk menjadi individu yang tasamuh, toleran, menghargai pendapat orang lain, dan tidak gampang menyalahkan. Perbedaan bukan untuk dihilangkan, namun perbedaan harus dikelola dengan baik dan dirayakan dalam kebersamaan.
Maka tepat sekali konsep trilogi ukhuwah (persatuan) yang harus dipegang dalam menghadapi perbedaan ini. Trilogi ukhuwah tersebut meliputi ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
Jika ada perbedaan pandangan dalam pemahaman agama, kita harus menyadari bahwa kita saudara dalam satu bangsa. Jika kita berbeda pandangan dalam agama dan berlainan bangsa, kita harus menyadari bahwa kita adalah saudara dalam kemanusiaan.