Kamis 17 Nov 2022 19:37 WIB

Perbedaan Seks Manusia dan Binantang dalam Alquran

Ada perbedaan antara manusia dan biantang, khususnya dalam seks.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Perbedaan Seks Manusia dan Binantang dalam Alquran. Foto: Pernikahan Ilustrasi
Foto: Republika/Prayogi
Perbedaan Seks Manusia dan Binantang dalam Alquran. Foto: Pernikahan Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama tafsir Alquran, Prof Quraish Shihab mengungkapkan perbedaan antara manusia dan biantang, khususnya dalam seks. Menurut dia, ada beberapa ayat Alquran yang menarik untuk direnungkan dalam konteks ini.

Di antaranya terdapat dalam Surat Asy-Syura, Allah SWT berfirman:

Baca Juga

فَاطِرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ جَعَلَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا وَّمِنَ الْاَنْعَامِ اَزْوَاجًاۚ يَذْرَؤُكُمْ فِيْهِۗ

Artinya: “Dia (Allah) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu pasangan-pasangan dari jenis kamu sendiri, dan dari jenis hewan ternak pasangan-pasangan (juga). Dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu,” (QS asy-Syura [42]:11).

Pesan ayat di atas, menurut Prof Quriash, binatang ternak berpasangan untuk berkembang biak. Demikian juga dengan manusia. Tetapi, jika mengamati binatang secara umum, terlihat bahwa nalurinya mampu mengatur waktu-waktu tertentu untuk aktivitas seksualnya.

“Bila pembuahan telah terjadi, jantan dan betinanya menghentikan hubungan seksual. Ini merupakan suatu penghentian yang bersifat naluriyah, bukan oleh pengendalian diri,” jelas Prof Quriash dikutip dalam buku Pengantin Al-Qur’an: Nasihat Perkawinan untuk Anak-Anakku terbitan Lentera Hati.

Dia menjelaskan, anak binatang yang lahir pada umumnya langsung dapat mandiri, sehingga sang induk dalam waktu relative singkat dapat meninggalkannya. Lebih-lebih jantannya, yang jauh sebelum kelahiran anaknya pun telah meninggalkan betinanya.

“Kita manusia tidaklah demikian. Kita berpotensi untuk mampu dan bebas melakukan aktivitas seksual kapan dan di mana saja,” kata alumnus Al-Azhar Kairo ini.

Prof Quriash menambahkan, kemampuan dan kebebasan ini disebabkan karena manusia, di samping dianugerahi-Nya dorongan naluriah, juga akal dan qalbu yang seharusnya digunakan untuk mengendalikan dorongan tersebut, sehingga tidak mengantar kita ke jurang bahaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement