REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cinta adalah anugerah agung yang diberikan Allah kepada manusia. Namun, cinta juga bisa menjerumuskan jika salah diarahkan. Dalam pandangan ulama besar asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi, cinta sejati adalah cinta yang dilandaskan kepada Allah. Penjelasan ini disampaikan dalam bukunya "Tuntunan Generasi Muda", khususnya pada halaman 170–171.
Said Nursi mencontohkan bahwa mencintai musim semi bisa menjadi bagian dari cinta karena Allah. Sebab, musim semi adalah lembaran paling indah yang menampakkan ukiran nama-nama Allah (Asmaul Husna). Ia adalah galeri ciptaan Ilahi yang menakjubkan, sehingga merenungkannya dapat mengantarkan pada pengenalan terhadap kebesaran Sang Pencipta.
“Musim semi merupakan galeri terbesar yang menampilkan detil-detil ciptaan Ilahi yang luar biasa,” tulis Nursi. Menurut dia, merenungkannya dengan gambaran seperti itu merupakan cinta yang mengarah kepada Asmaul Husna.
Tak hanya musim semi, bahkan kecintaan terhadap dunia pun bisa menjadi cinta karena Allah. Namun dengan syarat: dunia dilihat sebagai ladang akhirat, cermin dari manifestasi Asmaul Husna, serta tempat jamuan sementara yang tidak diintervensi oleh hawa nafsu.
Nursi mengajak umat untuk tidak mencintai segala sesuatu pada zatnya (makna ismi), tetapi pada makna yang dikandungnya (makna harfi). “Jangan mengatakan, ‘Betapa indah ini!’ Tetapi katakanlah, ‘Betapa indah penciptaannya!’” pesannya.
Nursi juga mengingatkan bahwa hati manusia adalah cermin dari ash-Shamad (Yang Maha Dibutuhkan), maka cinta yang bukan karena Allah tak sepatutnya mengisi ruang di dalamnya. Untuk itu, ia mengajarkan sebuah doa penting: