Jumat 28 Nov 2025 14:07 WIB

Tafsir Ayat Alquran: Kemunafikan Akar dari Kerusakan Ekologis dan Tatanan Sosial

Ayat ini muncul sebagai kritik terhadap eksploitasi alam.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Banjir bandang. Ilustrasi
Foto: Umarul Faruq/ANTARA FOTO
Banjir bandang. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ironisnya, fenomena yang terjadi di masyarakat, adanya sekelompok kaum yang secara sadar melakukan berbagai bentuk kerusakan, baik secara moral, sosial maupun lingkungan. Namun mereka tetap mengklaim bahwa mereka sedang melakukan perbaikan, hal ini dijelaskan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 11 dan 12.

Dalam Tafsir Ayat-Ayat Ekologi, diterangkan secara tegas bahwa kemunafikan tidak hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga menjadi akar dari kerusakan ekologis yang kian parah.

Baca Juga

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَاِذَا قِيْلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِۙ قَالُوْٓا اِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُوْنَ

Wa iżā qīla lahum lā tufsidū fil-arḍ(i), qālū innamā naḥnu muṣliḥūn(a).

Apabila dikatakan kepada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi,” mereka menjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah orang-orang yang melakukan perbaikan." (QS Al-Baqarah Ayat 11)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

اَلَآ اِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُوْنَ وَلٰكِنْ لَّا يَشْعُرُوْنَ

Alā innahum humul-mufsidūna wa lākil lā yasy‘urūn(a).

Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. (QS Al-Baqarah Ayat 12)

Ayat tersebut menurut Tafsir Ayat-Ayat Ekologi yang diterbitkan Kementerian Agama RI, mengungkap fenomena kaum munafik yang secara sadar melakukan berbagai bentuk kerusakan-baik secara moral, sosial, maupun lingkungan. Namun tetap mengklaim bahwa mereka sedang melakukan perbaikan.

Kemunafikan tidak hanya merusak tatanan sosial, tetapi juga menjadi akar dari kerusakan ekologis yang kian parah. Kaum munafik, yang berselimutkan retorika kebaikan dan kepedulian, kerap mendukung atau bahkan terlibat langsung dalam kebijakan eksploitasi lingkungan demi kepentingan politik dan ekonomi pribadi.

Mereka berbicara soal pelestarian alam di ruang publik, namun di balik layar justru menjadi bagian dari perusakan hutan, pencemaran air, dan perampasan tanah-tanah rakyat.

Kerusakan ekologi yang terjadi hari ini tak jarang lahir dari kemunafikan struktural, yakni ketika kekuasaan dan kepentingan pribadi dibungkus dengan jargon kebaikan, namun pada hakikatnya menghancurkan masa depan bumi dan generasi mendatang.

Demikianlah, karakter orang munafik sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW: Tanda orang munafik itu ada tiga: apabila berbicara, ia berdusta; apabila berjanji, ia mengingkari; dan apabila dipercaya, ia berkhianat. (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah)

Ibn Asyur menjelaskan bahwa kata al-fasad di sini mencakup tindakan-tindakan yang merusak tatanan sosial, menebar fitnah, menolak kebenaran, hingga menyebarkan kemaksiatan.

Menurut az-Zamakhsyari para pelaku kerusakan ini tidak hanya merusak, tetapi juga menipu diri sendiri dengan label perbaikan (işlah). Padahal, pada hakikatnya mereka telah melakukan perusakan.

Abu Hayyan menambahkan bahwa kerusakan yang mereka lakukan bisa berlapis: dari kerusakan batiniah (niat dan keyakinan) hingga kerusakan lahiriah (tindakan dan pengaruh sosial).

Ayat ini merupakan kecaman terhadap siapa pun yang melakukan kerusakan sambil berdalih bahwa hal tersebut demi kemajuan atau reformasi, padahal tidak mempertimbangkan nilai-nilai moral dan maslahat umum.

Rasyid Ridha menyoroti pentingnya membedakan antara pembangunan yang berkelanjutan dengan eksploitasi yang merusak. la mengkritik keras sikap otoritas atau kelompok yang merusak lingkungan atau masyarakat dengan dalih pembangunan.

Ayat ini muncul sebagai kritik terhadap eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab. Berbagai fenomena seperti deforestasi, pencemaran Udara dan air, perusakan keanekaragaman hayati dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan merupakan bentuk nyata dari fasad di muka bumi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement