REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jangan pernah main-main dengan orang yang total bertawakkal. Mereka adalah orang-orang yang disayangi Allah. Melukai hatinya saja sudah membuat masalah dengan Allah, apalagi membunuhnya. Allah pasti murka.
Salah satu kisah tawakal tabiin yang paling masyhur dan menggetarkan hati adalah kisah Said bin Jubair dalam menghadapi tirani Hajjaj bin Yusuf. Kisah ini sering dikutip oleh ulama sejarah, termasuk Ibnu al-Jauzi dalam kitabnya Sifatush Shafwah dan Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah.
Said bin Jubair dikenal sebagai seorang tabiin yang alim, ahli tafsir, dan pemberani dalam menyampaikan kebenaran, bahkan di hadapan penguasa zalim.
Pada masa itu, Hajjaj bin Yusuf memerintah dengan tangan besi di Irak dan wilayah sekitarnya. Dia tidak segan-segan membunuh para ulama dan penduduk yang menentangnya.
Said bin Jubair, yang tidak setuju dengan kebijakan Hajjaj, memilih untuk bersembunyi. Namun, Hajjaj mengeluarkan pengumuman untuk mencari Said bin Jubair hidup atau mati. Hajjaj juga mengancam siapa pun yang menyembunyikannya akan dihukum mati.
Said bin Jubair, yang menyadari dirinya menjadi target utama, akhirnya memilih untuk menyerahkan diri setelah beberapa lama bersembunyi. Ia ditangkap dan dibawa menghadap Hajjaj bin Yusuf, yang kala itu sedang berada di penjara. Kisah dialog antara keduanya menjadi bukti nyata bagaimana Said bin Jubair menunjukkan ketawakalan dan keteguhan iman yang luar biasa.
Hajjaj, dengan nada penuh kebencian, memulai dialog dengan mengejek nama Said. Ia berkata, "Celaka engkau, Said." Namun, Said bin Jubair dengan tenang menjawab, "Sesungguhnya, orang yang celaka adalah orang yang diusir dari surga."
Hajjaj terus memprovokasi dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengancam, tetapi Said selalu menjawab dengan jawaban yang bijak, penuh makna, dan sama sekali tidak menunjukkan rasa takut.