REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tawakkal merupakan salah satu konsep penting dalam Islam yang mengajarkan umatnya untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT dengan penuh percaya diri. Alquran banyak menyebutkan ayat-ayat yang mendorong umat Islam untuk bertawakkal kepada Allah SWT.
Berikut penjelasan ayat-ayat Alquran tentang tawakkal beserta tafsirnya menurut Fakhruddin ar-Razi dalam Mafātīḥ al-Ghaib (تفسير الرازي), salah satu karya tafsir terbesar dalam tradisi Islam klasik.
1. QS. Āli ‘Imrān [3]: 159
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
“Apabila engkau telah bertekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.”
Ar-Rāzī menjelaskan bahwa ayat ini turun setelah Perang Uhud. Perang Uhud adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada tahun ketiga Hijriyah, tepatnya di bulan Syawwal.
Perang ini terjadi antara kaum Muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah SAW dan kaum kafir Quraisy Mekkah yang ingin membalas kekalahan mereka dalam Perang Badar.
Menurut Ibnu Ishaq dalam kitab sirah-nya, tercatat 65 sahabat Nabi yang gugur sebagai syuhada dalam perang ini. Perang Uhud merupakan ujian bagi kaum Muslimin, di mana mereka mengalami kekalahan setelah sebelumnya meraih kemenangan.
Peristiwa ini juga menunjukkan pentingnya taat kepada perintah Rasulullah SAW, seperti yang terjadi ketika para pemanah meninggalkan pos mereka sehingga mengakibatkan kerugian bagi kaum Muslimin
Allah memerintahkan Nabi Muhammad agar musyawarah dengan sahabat tetap dilakukan, walaupun mereka pernah salah, karena itu bentuk kasih sayang dan kebijaksanaan.
Ketika keputusan sudah diambil (fa idzā ‘azamta), Nabi diperintah untuk menyerahkan hasilnya kepada Allah — inilah hakikat tawakkal, yaitu menyandarkan hasil kepada Allah setelah usaha dan ikhtiar sempurna. Ar Razi menegaskan, “Tawakkal bukan berarti meninggalkan sebab, tetapi menyandarkan hati kepada Musabbib al-Asbāb (Pencipta sebab).”
2. QS. ath-Thalāq [65]: 3
وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ ۚ
“Barang siapa bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkannya.”
Menurut ar-Rāzī, ayat ini menunjukkan maqām al-mutawakkilīn (tingkatan orang bertawakkal). Artinya, seseorang telah mencapai kesadaran penuh akan kehadiran Allah SWT dalam setiap aspek kehidupannya.
Pada maqam ini, individu telah melepaskan segala bentuk ketergantungan pada selain Allah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak-Nya. Tawakkal bukan hanya sekadar percaya pada rezeki Allah, tetapi juga mencakup penyerahan total terhadap segala kejadian, baik yang menyenangkan maupun menyedihkan.
Dalam tasawuf, tawakkal dianggap sebagai salah satu maqam tertinggi, karena pada tingkat ini, hati seseorang telah dipenuhi dengan keyakinan dan kepercayaan penuh kepada Allah SWT, sehingga ia tidak lagi terganggu oleh kekhawatiran duniawi