REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam benak sebagian orang, zuhud sering disalahpahami sebagai sikap menjauhi dunia secara total, meninggalkan harta, dan menolak kenikmatan hidup. Padahal, zuhud sesungguhnya adalah soal meletakkan dunia di tangan, bukan di dalam hati.
Seorang muslim yang zuhud tetap bisa memiliki harta, jabatan, atau kekayaan, tetapi hatinya tidak terikat dan tergoda oleh gemerlapnya. Harta itu bukan tujuan, melainkan hanya sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian, zuhud bukanlah kemiskinan yang dipaksakan, melainkan kekayaan hati yang menjadikan ridha Allah sebagai satu-satunya prioritas, di mana pun ia berada.
Zuhud adalah sebuah pilihan kesadaran untuk tidak terlena oleh ilusi dunia yang fana. Sikap ini membebaskan jiwa dari ketamakan dan kegelisahan akibat mengejar sesuatu yang tak pernah ada habisnya.
Ketika hati seorang mukmin telah terisi dengan cinta kepada Sang Pencipta, maka ia akan memandang segala yang ada di dunia ini sebagai titipan sementara. Hal ini mendorongnya untuk memanfaatkan setiap rezeki untuk kebaikan, berbagi kepada sesama, dan berinvestasi untuk kehidupan akhirat yang kekal.
Dengan zuhud, seorang hamba dapat mencapai puncak ketenangan batin, karena ia tahu bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari apa yang ia miliki, melainkan dari kedekatannya dengan Allah SWT.
Intisari Hasil dari Mengamalkan Zuhud
Meskipun secara lahiriah orang yang zuhud mungkin terlihat biasa atau sederhana, hasil utama yang mereka dapatkan adalah sesuatu yang tak ternilai:
Cinta Allah SWT: Ini adalah ganjaran tertinggi, sebab Rasulullah bersabda, "Berzuhudlah terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu."
Ketenangan dan Kekayaan Kalbu
Hati mereka bersih dari penyakit tamak, iri, dan khawatir akan kehilangan dunia, sehingga mereka merasakan kedamaian dan kekayaan spiritual.
Kemuliaan di Mata Manusia
Orang yang zuhud tidak meminta-minta kepada manusia, sehingga mereka mendapatkan penghargaan dan rasa cinta dari sesama, sebab Rasulullah juga bersabda, "Berzuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia, niscaya mereka mencintaimu."
Fokus pada Akhirat
Mereka berhasil menjadikan dunia hanya sebagai sarana, bukan tujuan, sehingga seluruh amal dan perhatian mereka tertuju pada persiapan untuk kehidupan abadi.
Zuhud bukanlah tentang meninggalkan dunia sepenuhnya, melainkan meletakkan dunia di tangan, bukan di hati. Dengan begitu, mereka mendapatkan kendali penuh atas hidup mereka dan memastikan bahwa harta benda tidak akan menghalangi mereka dari meraih surga.