REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hujan. Disebut juga tangisan langit. Sering menjadi tanda kesedihan ketika bertepatan dengan adanya orang wafat. Terlebih jika orang yang wafat itu adalah yang kita hormati dan sayangi. Hujan semakin diyakini sebagai pertanda langit dan seisinya sedih menangisi kematian orang yang dikagumi.

Sebagai rutinitas alam, hujan dapat dijelaskan secara ilmiah sebagai berikut. xProses alami hujan melibatkan tiga tahapan utama: evaporasi (penguapan), kondensasi (pengembunan), dan presipitasi (turun hujan). Air dari permukaan bumi (laut, sungai, danau, dll) menguap karena panas matahari (evaporasi), lalu uap air naik ke atmosfer dan mendingin, berubah menjadi tetesan air atau es (kondensasi) membentuk awan. Ketika awan menjadi berat, tetesan air atau es jatuh ke bumi dalam bentuk hujan (presipitasi). Berikut adalah penjelasan lebih detail:

Evaporasi (Penguapan):

Air di permukaan bumi mengalami perubahan wujud dari cair menjadi gas (uap air) akibat panas matahari. Proses ini menyebabkan uap air naik ke atmosfer.

Kondensasi (Pengembunan)

Uap air yang naik ke atmosfer mendingin karena suhu udara di ketinggian lebih rendah. Uap air kemudian berubah menjadi tetesan air atau butiran es, yang berkumpul dan membentuk awan.

Presipitasi (Hujan)

Ketika awan menjadi terlalu berat karena kandungan airnya, tetesan air atau butiran es di awan akan jatuh ke bumi dalam bentuk hujan. Hujan dapat berupa gerimis, hujan ringan, hujan sedang, atau hujan deras, tergantung pada kondisi awan dan atmosfer.

Proses ini membentuk siklus air yang berkelanjutan, di mana air terus-menerus menguap, berkumpul di atmosfer, dan kemudian turun ke bumi sebagai hujan, kemudian kembali ke sumber air melalui sungai, danau, atau air tanah, lalu menguap kembali, dan seterusnya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika