Kata “di sisi Rabbnya” menunjukkan tingginya derajat mereka dan begitu dekatnya mereka dengan Rabb mereka, “dengan mendapat rizki” berupa berbagai macam kenikmatan yang tidak diketahui bentuknya kecuali oleh Dzat yang telah memberikan kenikmatan tersebut atas mereka.
Riwayat bergabung dengan Hamas
Ismail Haniyeh (kerap pula dieja Ismail Haniyah) lahir di kawasan pengungsian al-Syati di Jalur Gaza pada 1963. Sejak menjadi mahasiswa Universitas Islam Gaza, dirinya mulai bergabung dengan gerakan Hamas. Pada 1987, ia berhasil lulus dan meraih gelar sarjana Sastra Arab dari kampus tersebut.
Bersama para generasi awal Hamas, Haniyeh berjuang memerdekakan Palestina, mengorbankan segala yang dimiliki untuk melawan Israel.
Ismail Haniyeh merupakan bapak 13 orang anak. Tiga anaknya syahid pada 2024 di tengah genosida yang dilakukan IDF di Gaza. Sejak 2009, keluarganya tinggal di kamp pengungsi al-Syati. Pada 2010, Haniyeh membeli lahan seluas 2.500 m persegi di Rimal, Jalur Gaza.
JK berduka
Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh gugur dibunuh oleh Israel. Media Iran melaporkan Haniyeh terbunuh oleh 'proyektil berpemandu udara' yang menghantam kediaman tempat ia menginap di utara ibu kota, Teheran.
Haniyeh diketahui merupakan pemimpin politik yang kerap melakukan diplomasi di berbagai negara. Belum lama ini, Ismail Haniyeh terlibat dalam pembicaraan di Doha. Bahkan Haniyeh sempat bertemu dengan mantan wakil presiden RI Jusuf Kalla.
Ismail Haniyeh, kepala biro politik gerakan Hamas, dan sejumlah pemimpin gerakan tersebut, menerima Dr Jusuf Kalla, ketua Dewan Masjid di Indonesia dan mantan Wakil Presiden Indonesia, di ibu kota Qatar, Doha,” demikian bunyi pernyataan yang dilansir Hamas dan diperoleh Republika pada Sabtu (13/7/2024).
Menurut pernyataan itu, dalam pertemuan JK menyampaikan belasungkawa atas syahidnya sejumlah putra, cucu, juga saudara perempuan Ismail Haniyeh. Pada April, serangan udara Israel di Gaza menewaskan tiga putra dan empat cucu Haniyeh.