Selasa 23 Jul 2024 10:04 WIB

Gunung, Peradaban Manusia dan Perubahan Iklim di Era Nabi Yusuf 

Interaksi manusia dengan alam sekitarnya, termasuk gunung, sudah berlangsung lama.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Gunung Uhud
Foto: Achmad Syalaby Ichsan-Republika
Gunung Uhud

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Interaksi antara manusia dengan alam sekitarnya, termasuk gunung, sudah berlangsung sejak manusia hadir di bumi. Hubungan tersebut telah melahirkan peradaban di berbagai bangsa. 

Ketika Mesopotamia dilanda kekeringan berkepanjangan pada sekitar tahun 3.200 sampai 3.000 Sebelum Masehi (SM), sejumlah koloni di bagian utara terpuruk dan pindah ke selatan. Sehingga menyebabkan kota-kota di selatan dibanjiri penduduk baru atau pengungsi. 

Baca Juga

Tentu saja proses perpindahan itu memerlukan pengaturan atau pengelolaan. Jadi untuk merespons dampak perubahan iklim itu muncullah inovasi tata kelola yang disebut administrasi. Dari sini, pada tahun 3.100 SM, muncul kota-kota yang menjadi pusat peradaban pertama, termasuk munculnya birokrasi pertama di dunia (Sagan, 2004) sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim ketika itu. 

Alquran merekam kejadian perubahan iklim dalam kisah Nabi Yusuf yang termaktub dalam Surah Yusuf Ayat 46 sampai 49.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يُوْسُفُ اَيُّهَا الصِّدِّيْقُ اَفْتِنَا فِيْ سَبْعِ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعِ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۙ  لَّعَلِّيْٓ اَرْجِعُ اِلَى النَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَعْلَمُوْنَ 

(Dia berkata,) “Wahai Yusuf, orang yang sangat dipercaya, jelaskanlah kepada kami (takwil mimpiku) tentang tujuh ekor sapi gemuk yang dimakan oleh tujuh (ekor sapi) kurus dan tujuh tangkai (gandum) hijau yang (meliputi tujuh tangkai) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu supaya mereka mengetahuinya.” (QS Yusuf Ayat 46)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

قَالَ تَزْرَعُوْنَ سَبْعَ سِنِيْنَ دَاَبًاۚ فَمَا حَصَدْتُّمْ فَذَرُوْهُ فِيْ سُنْۢبُلِهٖٓ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تَأْكُلُوْنَ 

(Yusuf) berkata, “Bercocoktanamlah kamu tujuh tahun berturut-turut! Kemudian apa yang kamu tuai, biarkanlah di tangkainya, kecuali sedikit untuk kamu makan. (QS Yusuf Ayat 47)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ سَبْعٌ شِدَادٌ يَّأْكُلْنَ مَا قَدَّمْتُمْ لَهُنَّ اِلَّا قَلِيْلًا مِّمَّا تُحْصِنُوْنَ

Kemudian, sesudah itu akan datang tujuh (tahun) yang sangat sulit (paceklik) yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya, kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu simpan. (QS Yusuf Ayat 48)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

ثُمَّ يَأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ عَامٌ فِيْهِ يُغَاثُ النَّاسُ وَفِيْهِ يَعْصِرُوْنَ ࣖ

Setelah itu akan datang tahun, ketika manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur).” (QS Yusuf Ayat 49)

Melalui kemampuannya menakwilkan mimpi, Nabi Yusuf menyusun strategi adaptasi untuk mengatasi kekeringan. Selain tuntunan dari Allah melalui mimpi, Nabi Yusuf mungkin juga dianugerahi kemampuan membaca tanda-tanda alam sehingga mampu melakukan tindakan mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim.

Selain itu, beberapa gunung tidak lepas dari sejarah sebagian Nabi. Boleh jadi gunung merupakan tempat yang tenang dan memungkinkan para Nabi melakukan tahanus dan formulasi pemikiran yang sudah barang tentu dituntun oleh Allah. 

Di samping itu, sejumlah peradaban juga musnah atau dilenyapkan oleh Allah melalui peristiwa-peristiwa alam seperti banjir, gempa bumi, letusan gunung api, maupun kekeringan. Beberapa peristiwa pemusnahan itu bahkan direkam dalam Alquran.

Alquran memuat dan menjelaskan hubungan antara gunung dan manusia. Namun, terdapat perbedaan yang cukup penting untuk dikemukakan bagaimana beberapa peradaban memandang gunung. Demikian dijelaskan dalam buku Tafsir Ilmi tentang Gunung Dalam Perspektif Alquran dan Sains.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement