Sabtu 29 Jun 2024 04:32 WIB

Doa, Jalan Meyakini Kemahakuasaan Allah

Dengan berdoa, kita mengakui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Dengan berdoa, kita mengakui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Armando Franca
Dengan berdoa, kita mengakui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran surah Ghafir ayat ke-60, Allah Ta'ala berfirman. Artinya, "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina."

Inilah perintah autentik Allah SWT kepada kita, lengkap dengan janji pengabulan dari-Nya. Maka, bersediakah kita berdoa?

Baca Juga

Dengan berdoa, kita menegaskan bahwa diri ini memang memerlukan campur-tangan Illahi dalam mengatasi masalah-masalah kehidupan. Kita pun mengakui, perlu pertolongan-Nya untuk mewujudkan sebuah harapan atau cita-cita.

Dengan berdoa, secara verbal kita berkomunikasi dengan Sang Mahakuasa. Dengan memohon kepada-Nya, tidak berarti kita telah bersikap pesimistis. Justru yang terjadi adalah sebaliknya.

Allah adalah tempat kita "melaporkan" persoalan-persoalan. Dia pula yang kita mintai pertolongan-Nya. Sungguh, Dia adalah Zat Yang Maha-kuasa atas segala sesuatu, termasuk hukum alam (sunnatullah) yang berlaku di alam raya ini.

Artinya, Dialah penentu dan pengatur sebab serta akibat segala sesuatu. Mudahlah bagi-Nya untuk menghadirkan sebab bagi berlakunya suatu hal, ataupun meniadakan akibat dari suatu proses. Misalnya, lewat pemberian sebab atau alasan dengan cara menguatkan motivasi hamba-Nya dalam memperjuangkan berhasilnya harapan.

Maka, logika atau fungsi doa bagi seorang hamba adalah peran serta Tuhan dalam menggerakkan hatinya sehingga timbul kemauan yang kuat. Untuk kemudian, ia menunjukkan ikhtiar-ikhtiar yang konkret menuju tercapainya harapan.

Oleh karena itu, dalam memanjatkan doa seseorang harus sungguh-sungguh membangun kedekatan dengan Tuhan. Sikap jiwa yang khusyuk, tenang, sopan, tepat, serta yakin benar akan pengabulan dari-Nya merupakan prasyarat yang harus ada agar doa itu efektif.

Mengenai isi doa atau muatan permohonan akan pertolongan-Nya, itu bisa apa saja, baik untuk mengatasi persoalan hidup maupun mewujudkan harapan. Mulai dari permohonan umum, semisal kebahagiaan di dunia dan akhirat, hingga permohonan khusus, seperti meminta pekerjaan, jodoh, keberkahan rezeki, anak keturunan, tempat-tinggal, dan lain-lain.

Bahkan, ada contoh doa yang "berani" karena nyaris mustahil terlaksana, tetapi sungguh merupakan kebutuhan riil. Simaklah ketika Nabi Ibrahim AS meninggalkan istrinya, Hajar, yang sedang menggendong bayinya, Ismail. Ibu dan anak itu ditinggalkannya di Lembah Bakkah (Makkah), yakni daerah yang kala itu masih kering-kerontang dan hanya berupa padang pasir tanpa sehelai daun pun tumbuh di atasnya.

"Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur" (QS Ibrahim:37).

Allah pun menakdirkan, Bumi Makkah menjadi subur-makmur. Sungguh, kekuatan doa bisa tidak terduga!

sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Nasiruddin
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement