Selasa 18 Jun 2024 22:19 WIB

Benarkah Alquran Akui Adanya Hari Sial? Begini Jawaban Prof Quraish Shihab

Pemahaman tentang hari sial dalam Alquran tak bisa dipahami parsial

Ilustrasi Alquran. Pemahaman tentang hari sial dalam Alquran tak bisa dipahami parsial
Foto:

Tokoh Al Baghawi ini, dikenal oleh kritikus kitab tafsir sebagai amat gandrung mengutip pendapat-pendapat aneh, kisah-kisah, serta pendapat yang bersumber dari budaya Yahudi dan Nashrani atau apa yang dikenal dengan istilah Israiliyaat.

Memang, ada beberapa riwayat yang menginformasikan bahwa ada hari-hari sial, tetapi riwayat-riwayat tersebut nilainya lemah. Dan bila ada hadis yang kuat, nilainya mursal, dalam arti ia dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW tanpa melalui sahabatnya. Nilai hadits semacam ini tidak dapat dijadikan argumentasi keagamaan.

Jika anda mengamati ayat-ayat Alquran diatas, maka anda melihat bahwa hari-hari sial bukan hanya satu hari, tetapi tujuh hari secara berturut-turut. Perhatikan kembali kedua ayat Alquran yang pertama dikutip di atas. Ini berarti bukan hanya hari Rabu, melainkan seluruh hari dan malam dalam sepekan merupakan hari-hari sial.

Namun di sisi lain, Alquran juga secara tegas menyatakan bahwa ada malam yang penuh berkah (QS 44: 3), ada juga Lailatul Qadr, dan ini berarti bahwa malam-malam tersebut bukan malam sial. 

Kalau demikian, kedua ayat yang berbicara tentang hari sial itu tidak boleh dipahami sebagai adanya hari-hari tertentu yang sial. Ia harus dipahami dalam arti ada kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan seseorang yang terjadi pada siang atau malam hari, kemudian saat itu dinamai hari atau malam sial.

Memang, bahasa sering kali menisbahkan sesuatu kepada tempat, waktu atau keadaan. Alquran, misalnya, menyatakan makr al-lail (QS 34: 33) yang bila diterjemahkan secara harfiah berarti tipu daya malam, tetapi maksudnya adalah tipu daya yang terjadi di malam hari. 

Lalu was-al al-qaryah (QS 12: 82), bila diterjemahkan secara harfiah berarti ''dan tanyalah desa'', padahal maksudnya adalah penduduk yang bertempat tinggal di desa. Rasul SAW mengingatkan dalam sabdanya, ''Jangan mencerca masa, karena Allah (yang mengatur) masa.''

Jika demikian, tidak dibenarkan menjatuhkan kesalahan atau keburukan kepada waktu tertentu, dengan menyatakan hari sial atau hari mujur. Sementara ulama berpendapat bahwa sebab turunnya surah Al-'Ashr adalah karena ketika itu sebagian orang yang gagal dalam usahanya mengeluh di waktu ashr, bahwa harinya adalah hari sial. 

Maka surah itu menguraikan bahwa kegagalan dan sukses bukan disebabkan oleh waktu tetapi antara lain oleh usaha manusia, karena itu rugilah mereka kecuali yang beriman dan beramal shaleh.

 

Kita harus yakin bahwa hanya Allah yang Mahakuasa. Dia Pengatur siang dan malam dan Dia juga yang menguasainya. Mempercayai ada penguasa selain Allah SWT, atau mempercayai bahwa hari dan malam dapat mempengaruhi keadaan mujur atau sial tanpa keterlibatan Allah SWT, maka ini dapat mengantar kepada mempersekutukan-Nya dengan sesuatu.

photo
Infografis Berapa Tahun Diturunkannya Alquran - (Republika)

sumber : Harian Republika

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement