Bila kita melihat dalam pandangan ilmu psikologi positif, bahwa kejujuran merupakan sikap pribadi yang sejati. Kejujuran bukan hanya sebatas mengatakan yang benar saja, tetapi manusia yang jujur akan menjalani kehidupannya dengan apa adanya.
Sikap yang ditunjukkan adalah sikap yang sebenarnya tanpa berpura-pura dan memakai topeng. Sehingga manusia yang jujur adalah sikap yang membumi, artinya menyatu dengan segala persoalan dan tampil terbuka menjalani kehidupannya. Kehidupan manusia yang jujur akan lebih bahagia karena tidak ada yang ditutup-tutupi dan tidak takut dengan segala yang dimiliki dan dilalui dalam hidupnya.
Kepriadian tidak jujur masuk ke dalam kepribadian bermuka dua (nifaq). Kepribadian nifaq merupakan karakter orang munafik, yaitu sifat seseorang yang menampakkan baik di pandang orang lain padahal menyembunyikan keburukan dan kebusukan.
Segala yang dinampakkan berbeda dengan kenyataannya. Mereka tidak dapat menghadapi kenyataan sehingga berdusta bila berbicara, mengingkari janji jika mereka berjanji, dan berkhianat jika diberikan kepercayaan.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa [4] ayat 142:
إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٤٢
Artinya: “Kemudian Allah menjelaskan sikap orang-orang munafik yang selalu membantu tipu daya untuk menghalang-halangi berkembangnya agama Islam. Mereka juga menipu Rasul saw dengan jalan menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran.”
Baca di halaman selanjutnya...