Allah SWT berfirman:
هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ
"Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu. Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir." (QS. An Nahl ayat 10-11)
Nadiah menjabarkan air adalah salah satu unsur di permukaan bumi yang paling penting. Ini terbukti dengan adanya hujan maka tumbuh-tumbuhan pun menjadi tumbuh. Begitu juga segala hal yang dimakan oleh umat manusia. "Kalau bukan karena air, niscaya tidak pernah ada kehidupan di permukaan bumi," ujarnya.
Dijelaskan juga oleh Nadiah, bahwa jumlah debit air hujan yang mengguyur permukaan bumi rata-rata mencapai 16 juta ton air per detik. Ini menjadi fakta yang sangat mengagumkan. Lalu dengan asma-Nya yang Al-Lathif (Mahalembut), Allah menurunkan jumlah air yang berjatuhan ke bumi dalam bentuk rintik-rintik kecil.
"Seandainya jumlah air tersebut turun dalam satuan yang lebih besar dan secara terus-menerus, tentu air hujan akan menghancurkan segala sesuatu yang ada di permukaan bumi. Sungguh, Allah telah menjadikan air memiliki suatu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh unsur-unsur lain yang ada di permukaan bumi. Hal itu dalam rangka kelangsungan kehidupan di permukaan bumi," ujarnya.