Selasa 09 Jan 2024 14:01 WIB

Fakta Ilmiah Hujan yang Diabadikan dalam Alquran

Hujan adalah fenomena alam yang terjadi di bumi.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Musim hujan (ilustrasi)
Foto:

Hujan Sebagai Pupuk

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّنَ الْبَعْثِ فَاِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ تُرَابٍ ثُمَّ مِنْ نُّطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ مِنْ مُّضْغَةٍ مُّخَلَّقَةٍ وَّغَيْرِ مُخَلَّقَةٍ لِّنُبَيِّنَ لَكُمْۗ وَنُقِرُّ فِى الْاَرْحَامِ مَا نَشَاۤءُ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى ثُمَّ نُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ لِتَبْلُغُوْٓا اَشُدَّكُمْۚ وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّتَوَفّٰى وَمِنْكُمْ مَّنْ يُّرَدُّ اِلٰٓى اَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ مِنْۢ بَعْدِ عِلْمٍ شَيْـًٔاۗ وَتَرَى الْاَرْضَ هَامِدَةً فَاِذَآ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاۤءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ وَاَنْۢبَتَتْ مِنْ كُلِّ زَوْجٍۢ بَهِيْجٍ

. . . . . . . . . . Kamu lihat bumi itu kering. Jika Kami turunkan air (hujan) di atasnya, ia pun hidup dan menjadi subur serta menumbuhkan berbagai jenis (tetumbuhan) yang indah. (QS Al-Hajj Ayat 5)

Alquran menjelaskan bahwa bumi atau tanah yang tandus atau kering menjadi subur kembali berkat hujan. Sehingga tumbuh berbagai jenis tumbuhan dari tanah tersebut.

Sebagaimana dijelaskan di atas, hujan mengandung zat yang dapat menyuburkan tanah dan tumbuhan. Maka dapat dikatakan hujan adalah sumber pupuk yang sangat penting. Dengan pupuk yang dikandung pada butiran hujan saja, dalam waktu 100 tahun, tanah yang miskin hara dapat mengumpulkan semua elemen yang diperlukan untuk tumbuhnya tanaman. Hutan juga tumbuh dan memperoleh keperluan hidupnya dari semua bahan kimia yang berasal dari laut. Dengan cara demikian, setiap tahun sekitar 150 ton pupuk jatuh ke bumi. Tanpa mekanisme ini, maka mungkin jumlah jenis tanaman tidak akan sebanyak yang kita ketahui saat ini dan kemungkinan ketidak seimbangan ekologi dapat juga terjadi. 

Hujan Menyuburkan Tanah 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لِّنُحْيِ َۧ بِهٖ بَلْدَةً مَّيْتًا وَّنُسْقِيَهٗ مِمَّا خَلَقْنَآ اَنْعَامًا وَّاَنَاسِيَّ كَثِيْرًا 

Agar dengannya (air/ air hujan itu) Kami menghidupkan negeri yang mati (tandus) dan memberi minum kepada sebagian apa yang telah Kami ciptakan, (berupa) hewan-hewan ternak dan manusia yang banyak. (QS Al-Furqan Ayat 49)

Turunnya hujan membasahi permukaan bumi membuat permukaan bumi mulai gembur dan subur. Kemudian mulai ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan. Semakin lama tumbuh-tumbuhan itu semakin besar, bahkan daun-daunnya telah menutupi permukaan bumi yang semulanya tandus, dengan warna-warni yang beraneka ragam ada yang hijau, ada yang keputih-putihan, ada yang merah dan sebagainya. 

Perpaduan warna-warni daun-daunan itu sangat indah dan menakjubkan dan semakin indah oleh warna-warni bunga-bungaan yang bermacam corak warnanya. Lihat Surat Al-Hajj Ayat 5). Maka permukaan bumi yang dahulunya tandus telah berubah menjadi hamparan pohon-pohon dan tanaman-tanaman yang beraneka ragam warnanya.

Setelah sampai masanya bunga-bunga itu berubah menjadi putik-putik yang berangsur-angsur besar pula, sampai menjadi buah. Pada saat buah telah matang siap untuk dipetik, maka berdatanganlah manusia yang akan memetiknya. Buah-buahan itu merupakan rezeki yang halal bagi manusia, baik untuk dimakannya maupun untuk dijadikan keperluan yang lain yang bermanfaat baginya. 

Setelah itu datang lagi musim kemarau, bumi kembali menjadi kering dan tandus seperti sediakala. Demikianlah keadaan bumi itu, yang berubah keadaannya setiap pergantian musim, dari mati dan tandus menjadi hidup dan subur ketika disirami hujan, menghasilkan buah yang bermanfaat bagi manusia, kemudian tumbuh-tumbuhan itu mati pada musim panas dan kering untuk dihidupkan kembali pada musim hujan. 

Manusia yang berpikir, tentulah akan memikirkan proses hidup dan kematian bumi dan segala yang ada di permukaanya itu. Pikirannya tentu akan sampai kepada Dzat yang menentukan kehidupan dan kematian itu. Manusia yang beriman dan berpikir, tentulah baginya semua proses kejadian itu menambah kuat imannya kepada kekuasaan dan keesaan Tuhan, yang menghidupkan dan mematikan makhluk-makhluk-Nya, menurut yang dikehendaki-Nya. 

Jika Allah telah berbuat demikian, tentulah Dia mampu menciptakan dan membangkitkan manusia kembali di kemudian hari, karena mengulang penciptaan sesuatu kembali adalah lebih mudah dari menciptakannya buat pertama kalinya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement