Jumat 17 Nov 2023 09:11 WIB

Naskah Khutbah Jumat :Memperjuangkan Kemerdekaan Masjid Al Aqsa

Masjid Al Aqsa pernah dijadikan tempat sujud para nabi dan rasul.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Ani Nursalikah
Pemandangan masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem dengan jumlah pengunjung yang rendah karena pembatasan, 23 Oktober 2023.
Foto:

Mereka semua memenuhi area Masjid al Aqsa di malam Isra Mi’raj Rasulullah, meletakkan kening dan kepala mereka bersujud di hadapan Allah , dengan diimami oleh Baginda Rasulullah. Tempat itu adalah tempat yang suci dan diberkahi oleh Allah. Relakah orang-orang yang bertauhid, orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ketika tempat yang dulu mereka para nabi dan rasul meletakkan kening dan kepalanya untuk bersujud kepada Allah itu diinjak-injak, dinista, dikotori oleh najis-najis yang masuk ke dalam area Masjid al-Aqsa? Mereka adalah orang-orang musyrikin, orang-orang yang murtad dari agama Allah, mereka itu adalah golongan Yahudi Zionis internasional.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.

Grand Syekh Al-Azhar, Profesor Doktor Ahmad Muhammad ath-Thayyib, saat membuka Konferensi Internasional Al-Azhar untuk Mendukung Masjid al-Aqsa pada 2018, menyinggung betapa aneh dan hinanya umat Islam dan dunia Arab ketika dimensi agama dihilangkan dipinggirkan, ketika aspek akidah tidak pernah disinggung lagi, tatkala membahas dan menyinggung persoalan Palestina dan Masjid al-Aqsa.

Betapa rapuhnya kurikulum pendidikan kita yang mengajarkan tentang pentingnya Masjid al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam dan tempat suci ketiga dalam Islam. Di buku Sejarah Peradaban Islam yang diterbitkan oleh salah satu kementerian, wilayah Palestina tidak disebut sama sekali.

Yang disebut malah Israel, negara ilegal, negara yang dicangkok secara paksa pada 1948. Selain itu, buku tersebut mengutuk kalangan yang melaknat Israel dengan alasan Israel adalah nama dan julukan untuk Nabi Ya’qub. Padahal, bagi seorang Muslim, sangat tidak dibenarkan mencela satu pun nabi dan rasul.

Buku itu serupa argumentasi beberapa Muslim yang tampil membela Israel dan menentang kecaman luas kalangan Muslimin pada negara penjajah itu. Argumentasi bahwa nama Israel merupakan sebutan untuk Nabi Ya’qub, sangatlah tidak tepat. Negara Israel yang kita kenal itu bukanlah merepresentasikan dan mencerminkan nama Nabi Ya’qub. Negara itu entitas lain yang telah murtad dari ajaran Nabi Ya’qub dan Nabi Ibrahim.

Dengan demikian, tidak ada hubungan dan tidak ada kaitan antara nama negara Zionis Israel dengan julukan mulia yang Allah berikan untuk Nabi Ya’qub. Oleh karena itu, kutuklah Zionis Israel ini! Mereka adalah entitas baru yang berbeda dari nama Nabi Ya’qūb SAW karena dia dicangkok dan ditanam oleh kekuatan-kekuatan yang antipati terhadap agama Allah.

Mereka telah keluar dari jalur dari garis yang diwariskan oleh Nabiyullah Ibrahim. Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahi ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Q.s. Ali ’Imran [3]: 67-68)

Selanjutnya...

sumber : Buku Khutbah-Khutbah Penyucian Jiwa Bangsa, karya Fahmu Salim, Penerbit Al Fahmu Institut
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement