REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemikiran mendalam ulama kenamaan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi layak menjadi sorotan, terutama dalam menanggapi tafsir sebagian kalangan sufi terhadap hadits Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
إنَّ اللَّهَ خَلَقَ آدَمَ على صُورةِ الرَّحْمَنِ
"Innallāha khalaqa adama ‘alā ṣūratir-raḥmān"
Artinya: “Allah menciptakan Adam dalam bentuk ar-Rahman (Dzat Yang Maha Pengasih).”
Dalam bukunya Tuntunan Generasi Muda terbitan Risalah Nur Press, Nursi menegaskan bahwa pemaknaan hadits tersebut harus dikembalikan kepada prinsip dasar keimanan Islam yang lurus. Ia mengkritik keras kelompok tertentu yang, dalam kondisi ekstase spiritual atau mabuk cinta ilahi, menafsirkan wajah manusia sebagai "cermin dari bentuk ar-Rahman".
“Hadits ini oleh sebagian kalangan sufi ditafsirkan secara aneh, tidak sesuai dan tidak sejalan dengan kaidah-kaidah keimanan,” tulis Nursi.
Nursi menjelaskan, tafsir semacam itu tidak dapat dibenarkan secara syariat, apalagi jika disampaikan oleh orang dalam kondisi sadar. “Jika ada seseorang yang menerimanya, berarti ia telah jatuh ke dalam lembah kesalahan dan berseberangan dengan kebenaran,” katanya.
Ia juga menegaskan meskipun ucapan dari para pencari Tuhan yang sedang tidak sadar bisa jadi dimaafkan, hal itu tidak dapat dijadikan rujukan kebenaran.
View this post on Instagram