REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ihsan Nursidik, Pengajar di Pondok Pesantren Darul Arqam Daerah Garut
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Ma’ayiral Mu’minin Rahimakumullah
Kebaikan dalam linguistik Arab, diperoleh dari kata khair (خير) yang bermakna atfu berarti simpati dan mailu yang berarti cenderung. Tegasnya, bahwa pengertian khair selalu bermakna kepada kecenderungan diri terhadap sesuatu yang baik, dan bersimpati kepada sesuatu yang dianggapnya baik tersebut.
Kata khair ini pun, menjadi akar kata dari istikharah, yang berarti meminta kebaikan yang lebih dari beberapa perkara yang baik. Selain itu, kata khair juga merupakan lawan dari kata syari, yang berarti keburukan. Sehingga kecenderungan baik akan selalu bertolak dari keburukan yang dihindarinya.
Al-Quran menyebut kata khair dengan berbagai derivasinya. Sebanyak seratus delapan puluh kali, di antaranya merupakan nomina (isim), seperti (ذالكم خير الكم) dan hanya tujuh kali disebutkan dalam bentuk verba atau kata kerja (fi’il), seperti (وربك يخلق ما يشاء ويختار). Secara umum makna khair dalam Al-Quran lebih banyak diartikan sebagai maalun (harta), yang merujuk kepada berbagai macam rezeki yang diterima.
Setidaknya terdapat dua macam pemahaman dalam memaknai kata khair. Pertama, makna khair mutlak (خير المطلق), yaitu kebaikannya yang dianggap oleh seluruh umat manusia sebagai yang paling utama. Sedangkan makna kedua, yaitu khair nisbi (خير النسبي). Khair jenis yang kedua ini mengindikasikan perbuatan baik yang relatif, tegasnya perbuatan baik yang dinilai berdasarkan sudut pandang seseorang.
Sebagai contoh, kita dapat katakan surga sebagai khair mutlak sebab tidak ada satu pun orang yang menolak konsep surga sebagai kebaikan. Sedangkan harta adalah sebagai khair nisbi, dimana untuk sebagian orang, harta dapat berupa sesuatu yang membawa dampak baik ataupun buruk.
‘Alakullihal, khair atau kebaikan yang...