Kamis 19 Oct 2023 13:40 WIB

Asal Usul Bangsa Saba yang Keturunan Menyebar dari Yaman ke Palestina 

Salah satu bangsa yang kisahnya tersurat dalam Alquran adalah bangsa Saba.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
 Asal Usul Bangsa Saba yang Keturunan Menyebar dari Yaman ke Palestina.  Foto: Alquran
Foto:

Para ulama nasab di antaranya adalah Muhammad bin Ishaq menjelaskan bahwa nama Saba' itu sejatinya adalah Abul Syams bin Yasyjab bin Ya'rib bin Qahthan. Dia dinamakan Saba karena dia orang pertama kali bersaba' (bersumpah) di antara bangsa Arab. Abul Syams bin Yasyjab diberi gelar Ar Ra Isyi karena yang pertama kali menerapkan ghanimah dalam peperangan untuk dibagikan kepada kaumnya. 

Tentang nenek moyang kaum Saba yakni Qahthan, banyak pendapat yang berbeda. Ada ahli sejarah yang menyebut bahwa Qahthan adalah keturunan Iram bin Saam bin Nuh. Ada juga yang berpendapat Qahthan keturunan 'Abir atau nabi Hud. Ada pula pendapat yang mengatakan Qahthan itu keturunan Ismail bin Ibrahim Al Khalili. Disebutkan pula bahwa bangsa kaum Saba itu dari Arab Aribah dari keturunan Sam bin Nuh.    

Akan tetapi dalam sahih Bukhari dinyatakan bahwa Rasulullah SAW melewati sekelompok orang dari Bani Aslam yang sedang latihan memanah.

Assalam merupakan merupakan kabilah Anshar, sedangkan Anshar dan Aus dan Khazrajnya adalah dari Ghassan dari Arah Yaman dari Saba. Mereka menempati Yatsrib, ketika di dalam negeri Saba porak-poranda di saat Allah mengirim banjir besar dan satu kelompok di antara mereka menempati negeri Syam. Mereka dikatakan Ghassan disebabkan mereka tinggal di sana, dan satu pendapat mengatakan di Yaman. 

Dijelaskan bahwa raja-raja Saba membangun bendungan yang kokoh dan besar di antara dua gunung sehingga air melimpah dan mengalir ke perkebunan. Dengan itu mereka pun bisa menanam pohon dan tanaman dengan hasil yang baik. Ahli sejarah menjelaskan bahwa bendungan tersebut berada di Ma'rib kota yang berjarak 3 hari perjalanan dengan Shan'a dan dikenal dengan bendungan Ma'rib. 

Dalam tafsir tahlili Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Kementerian Agama RI dijelaskan di sebelah selatan negeri Yaman berdiam suatu kaum bernama Saba’. Mereka menempati suatu daerah yang amat subur sehingga mereka hidup makmur dan telah mencapai kebudayaan yang tinggi. 

Mereka dapat menguasai air hujan yang turun lebat pada musim tertentu dengan membangun sebuah bendungan raksasa yang dapat menyimpan air untuk musim kemarau. Bendungan itu boleh dikatakan bendungan alami karena terletak di antara dua buah bukit dan di ujungnya didirikan bangunan yang tinggi untuk mencegah air mengalir sia-sia ke padang pasir. 

Mereka membuat pintu-pintu air yang bila dibuka dapat mengalirkan air ke daerah yang mereka kehendaki. Bendungan ini terkenal dengan Bendungan Ma’rib atau Bendungan al-‘Arim. 

Banyak di antara ahli sejarah dan peneliti di barat meragukan tentang adanya Bendungan Ma’rib ini. Akhirnya seorang peneliti dari Perancis datang sendiri ke selatan Yaman untuk menyelidiki sisa-sisa bendungan itu pada tahun 1843. 

Dia dapat membuktikan adanya bendungan itu dengan menemukan bekas-bekasnya, lalu memotret dan mengirimkan gambar-gambarnya ke suatu majalah di Perancis. Para peneliti lainnya menemukan pula beberapa batu tulis di antara reruntuhan bendungan itu. Dengan demikian, mereka bertambah yakin bahwa dahulu kala di sebelah selatan Yaman telah berdiri sebuah kerajaan yang maju, makmur, dan tinggi kebudayaannya. 

Kaum Saba yang mendiami daerah sebelah selatan Yaman. Mereka menempati sebuah lembah yang luas dan subur berkat pengairan yang teratur dari Bendungan Ma’rib. Di kiri dan kanan daerah mereka terbentang kebun-kebun yang amat luas dan subur yang menghasilkan bahan makanan dan buah-buahan yang melimpah ruah. 

Kaum Saba pada mulanya menyembah matahari, namun setelah pimpinan kerajaan dipegang Ratu Balqis, mereka menjadi kaum yang beriman dengan mengikuti ajaran yang dibawa Nabi Sulaiman. 

Tetapi, lama-kelamaan kaum Saba’ menjadi sombong dan lupa bahwa kemakmuran yang mereka miliki adalah anugerah dari Yang Mahakuasa dan Maha Pemurah. Allah dengan perantaraan rasul-Nya memerintahkan agar mereka mensyukuri-Nya atas segala nikmat dan karunia yang dilimpahkan kepada mereka. Negeri mereka menjadi subur dan makmur berkat karunia Allah Yang Maha Pengampun, melindungi mereka dari segala macam bahaya dan malapetaka.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement