Kamis 19 Oct 2023 13:40 WIB

Asal Usul Bangsa Saba yang Keturunan Menyebar dari Yaman ke Palestina 

Salah satu bangsa yang kisahnya tersurat dalam Alquran adalah bangsa Saba.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
 Asal Usul Bangsa Saba yang Keturunan Menyebar dari Yaman ke Palestina.  Foto: Alquran
Foto: AP Photo/Anmar Khalil
Asal Usul Bangsa Saba yang Keturunan Menyebar dari Yaman ke Palestina. Foto: Alquran

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Salah satu bangsa yang kisahnya tersurat dalam Alquran adalah bangsa Saba. Kisahnya begitu populer, bahkan Alquran memaparkan bagaimana hubungan salah satu pemimpin negeri Saba yakni Ratu Bilqis dengan nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan di Syam, Palestina. 

Allah ta'ala menganugerahkan kepada bangsa Saba kenikmatan berupa negeri yang subur dan makmur . Tetapi seiring waktu, bangsa Saba justru menyekutukan Allah ta'ala. Hingga mereka pun ditimpa azab berupa banjir yang meluluh lantakkan kerajaan itu. 

Baca Juga

Siapa sesungguhnya bangsa Saba ini?

Saba adalah sebuah negeri di Yaman. Ibnu Katsir dalam kitab tafsir Qur'an Al Adzim ketika mengawali tafsir surat Saba' ayat 15-17 menjelaskan bahwa Tababi'ah (atau raja-raja Tubba') dan juga ratu Balqis adalah bagian dari negeri Saba'. 

Hubungan Ratu Balqis dengan nabi Sulaiman yang memiliki kerajaan di Syam, Palestina inilah yang kemudian juga kisahnya banyak disebutkan dalam Alquran.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa bangsa Saba ini diberikan kenikmatan dan kemakmuran. Bahkan Allah ta'ala juga mengutus rasul ke negeri Saba. Tetapi kaum Saba berpaling dari Allah sehingga ditimpakan kepada mereka hukuman berupa banjir besar.

كانت سبأ ملوك اليمن وأهلها ، وكانت التبابعة منهم، وبلقيس -صاحبة سليمان - منهم. وكانوا في نعمة وغبطة في بلادهم ، وعيشهم واتساع أرزاقهم و زروعهم وثمارهم . وبعث الله إليهم الرسل تأمرهم أن يأكلوا من رزقه ، ويشكروه بتوحيده وعبادته ، فكانوا كذلك ما شاء الله ثم أعرضوا عما أمروا به ، فعوقبوا بإرسال والتفرق في البلاد ايدى سبأ، شذر مذر ، 

Artinya: Saba adalah raja-raja Yaman dan rakyatnya, dan Tababi'ah bagian dari Saba, dan ratu Bilqis -sahabatnya nabi Sulaiman - bagian dari Saba. Dan mereka berada dalam kenikmatan dan kemakmuran dalam negeri mereka, dan dalam pencahariannya, hasil panennya dan buah-buahannya. Dan Allah mengutus kepada mereka rasul yang memerintahkan mereka agar memakan rezeki yang diberi Allah dan bersyukur kepadaNya dengan bertauhid dan beribadah kepadaNya. Maka mereka pun seperti itu dalam waktu yang dikehendaki Allah, kemudian mereka berpaling dari perintah tersebut. Maka mereka dihukum dengan dikirimkan banjir besar dan perpecahan di dalam negeri yang kacau. (Lihat tafsir Qur'an Al Adzim karya Ibnu Katsir, cetakan Dar Thayyibah linnasyri wa Tauzi, Saudi, jilid 6 halaman 504).

Tentang negeri Saba ini juga pernah ditanyakan seseorang kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW menjelaskan tentang asal usul nama Saba yaitu adalah seorang lelaki yang memiliki 10 anak. Enam anak tinggal di Yaman dan 4 anak tinggal di Syam (Palestina ).

قال الإمام أحمد رحمه الله: حدثنا أبو عبد الرحمن ، حدثنا ابن لهيعة عن عبد الله بن هبيرة ، عن عبد الرحمن بن وعلة قال : سمعت ابن عباس يقول: إن رجلا سأل رسول الله ﷺ عن سبأ: ما هو ؟ رجل أم امرأة أم أرض؟ قال : بل هو رجل ، ولد عشرة ، فسكن اليمن منهم ستة ، وبالشام منهم أربعة ، فأما اليمانيون: فمذحج ، وكندة ، والأزد ، والأشعريين ، وأنمار ، وحمير . وأما الشامية فلخم ، وجذام ، وعاملة ، وغسان. 

Artinya:Imam Ahmad berkata Abu Abdurrahman meriwayatkan kepada kami, Ibnu Lahi'ah meriwayatkan kepada kami dari Abdullah bin Habiroh dari Abdur Rahman bin Wa'lah dia berkata: aku mendengar Ibnu Abbas berkata: sungguh seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW tentang negeri Saba: Apa itu Saba? Seorang lelaki, seorang perempuan atau itu negeri? Rasulullah SAW bersabda: Dia adalah seorang laki-laki yang mempunyai anak 10 orang di antara mereka yang dianggap di Yaman ada enam orang dan yang tinggal di Syam 4 orang. Adapun yang tinggal di Yaman yaitu: Mudzhij, Kindah, Azda, Asy'ariyun, Anmar, dan Himyar. Dan adapun yang tinggal di Syam itu Lkhom, Judzam, Amailah dan Ghassan. ( tafsir Qur'an Al Adzim karya Ibnu Katsir, 504).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement