Kamis 22 Jun 2023 12:36 WIB

Benarkah Perempuan Merupakan Editor Pertama Alquran?

Alquran ditulis dan disusun dengan sangat baik sehingga terjaga keasliannya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Seorang Jamaah membaca Alquran
Foto:

Kisah ini ditemukan dalam sebuah sumber oleh 'Abdullah Ibn Wahb (wafat 812). Yang menarik, ia menggunakan istilah muṣhaf untuk menggambarkan materi yang dimiliki Hafṣa.

“'Uthmān mengirimkan pesan kepada Hafṣa bahwa dia mengirimkan (muṣhaf) kepadanya. Dia berkata: 'Atas syarat bahwa Anda akan mengembalikannya kepada saya.' Dia berkata: 'Ya',” ujar dia.

Hafsa melanjutkan, sebagai penjaga dokumen asli Alquran, meski bukan tanpa perlawanan. Marwān ibn Hakam, yang merupakan gubernur Madinah dan kemudian menjadi khalifah Umayyah, menuntut agar dia menyerahkan koleksinya kepadanya.

Hafsa pun menolak hal ini. Marwān harus menunggu sampai kematiannya pada tahun 665 untuk memilikinya, yang mana kemudian dihancurkan olehnya.

Khan menyebut sebagian besar ulama yang mengomentari peran Hafsa dalam perumusan Alquran cenderung meminggirkannya. Hafsa digambarkan sebagai perantara di antara para pemimpin laki-laki komunitas Islam awal, serta kumpulan ayat-ayat Alqurannya adalah sesuatu yang lebih mirip dengan salinan pribadi yang tidak begitu penting.

Khan pun menantang gagasan ini dan gagasan lain yang menyebut ayat suci Alquran tidak akan pernah dipercayakan kepada seorang wanita. Bersamaan dengan itu, ia menawarkan beberapa pertanyaan yang harus dipertimbangkan oleh para sejarawan Islam awal.

 

"Cendekiawan Alquran barat modern perlu lebih mengintegrasikan sejarah perempuan dengan perdebatannya tentang historiografi Islam awal dan rekonstruksi asal-usul Islam awal. Dengan menelaah hubungan Hafṣa binti 'Umar dengan kodifikasi Alquran, keilmuan ini dapat memanfaatkan kesempatan untuk menjelaskan dengan lebih baik konteks sastra dan sejarah yang terkait dengan Alquran," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement