Kamis 22 Jun 2023 12:36 WIB

Benarkah Perempuan Merupakan Editor Pertama Alquran?

Alquran ditulis dan disusun dengan sangat baik sehingga terjaga keasliannya.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Erdy Nasrul
Seorang Jamaah membaca Alquran
Foto:

Abu l-Aswad menceritakan (bahwa) 'Urwa b. al-Zūbayr berkata, “Orang-orang berselisih tentang pembacaan 'Orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab . . . ’ [Q 98: 1], jadi ‘Umar b. al-Khaṭṭāb datang ke Hafṣa, [membawa] bersamanya secarik] kulit (adīm). Dia berkata:

"Ketika Rasulullah datang kepadamu, mintalah dia untuk mengajarimu 'Orang-orang kafir dari kalangan Ahli Kitab' . . . dan katakan padanya untuk menuliskannya untukmu di [potongan] kulit ini. Hafsa pun menuruti perintah tersebut dan Nabi Muhammad SAW menuliskannya untuknya. Bacaan ini pun menjadi umum dan tersebar luas ['āmma]. 

Dalam salah satu hadis, pada masa pemerintahan Khalifah pertama Abu Bakar (632-634) ia dan ayah Hafsa, 'Umar, memutuskan untuk menyusun ayat-ayat Alquran menjadi dokumen tertulis setelah kematian sejumlah besar pembaca Alquran. Teks ini kemudian dipegang pertama oleh Abu Bakar, kemudian oleh Umar sampai kematiannya, setelah itu disimpan oleh Hafsa sendiri.

Dalam hadis lain, sekitar tahun 650-an disebutkan Khalifah 'Utsmān berusaha untuk membuat satu set teks terikat dari versi Alquran yang dikodifikasi, yang dapat dia kirim ke pelosok kerajaannya yang sedang berkembang. Untuk mendapatkan dokumen ini, Khalifah mengirim utusan ke Hafsa dan memintanya untuk mengirimkan lembaran [ṣuḥuf], sehingga mereka dapat menyalinnya menjadi kodeks [al-maṣahif] dan nantinya dikembalikan kepadanya.

"Secara tersirat, Hafsa digambarkan sangat berhati-hati dalam melepaskan ṣuḥuf kepada khalifah 'Utsmān. Memang, dalam catatan Islami yang mendahului hadis yang disebutkan di atas oleh al-Bukhāri, Hafṣa sebenarnya dikutip sebagai prasyarat untuk pelepasan hal ini," kata Khan dalam artikelnya dikutip di Medievalists, Kamis (22/6/2023).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement