Selasa 20 Jun 2023 21:08 WIB

Tafsir Surat Al Baqarah 196 : Perintah Allah untuk Menyempurnakan Ibadah Haji

Perintah melaksanakan haji dengan sempurna ada di surat Al Baqarah 196.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Tafsir Surat Al Baqarah 196 : Perintah Allah untuk Menyempurnakan Ibadah Haji. Foto:   Kabah (Ilustrasi)
Foto:

 

Namun Imam Malik bin Anas berpendapat bahwa ibadah umrah setahun dua kali hukumnya makruh. Ibadah haji dan umroh tidak harus segera dikerjakan, boleh dikerjakan bila keadaan telah mengizinkan. Siapa yang mampu mengerjakan ibadah haji dan umroh sebaiknya ia segera menunaikannya.

Tempat mengerjakan ibadah haji dan umroh itu hanya di tanah suci Mekah dan sekitarnya. Mereka yang diwajibkan pergi mengerjakan ibadah haji dan umrah ialah mereka yang dalam keadaan sanggup dan mampu, yaitu biaya cukup tersedia, keadaan jasmaniah mengizinkan dan keamanan tidak terganggu.

Perbedaan ibadah haji dengan umroh ialah haji rukunnya lima, yaitu: niat, wukuf, tawaf, sa'i, dan tahallul, sedangkan umrah rukunnya hanya empat: niat, tawaf, sa'i, dan tahallul.

Amal-amal dalam ibadah haji ada yang merupakan rukun, ada yang wajib dan ada yang sunnah. Amal-amal yang merupakan rukun ialah jika ada yang ditinggalkan maka ibadah haji dan umroh tidak sah. Amal-amal yang wajib ialah jika ada yang ditinggalkan, maka dikenakan denda (dam) tetapi haji dan umrah sah.

Amal-amal yang sunnah jika ada yang ditinggalkan, maka haji dan umroh sah dan tidak dikenakan dam. Di samping itu, ada larangan-larangan bagi orang yang sedang beribadah haji dan umrah. Larangan-larangan itu lazimnya disebut muḥarramāt. Barang siapa melanggar muḥarramāt, dikenakan dam. Besar kecilnya sepadan dengan besar kecilnya muḥarramāt yang dilanggar. Bersetubuh sebelum selesai mengerjakan tawaf ifāḍah membatalkan haji dan umroh.

Ibadah haji dan umrah mempunyai beberapa segi hukum. Oleh karena itu, siapa yang akan mengamalkan ibadah itu seharusnya lebih dahulu mempelajarinya. Amalan-amalan ini biasa disebut manasik. Ayat 196 ini diturunkan pada waktu diadakan perdamaian Hudaibiah pada tahun ke-6 Hijriah sama dengan turunnya ayat 190 tentang izin berperang bagi kaum Muslimin.

Ayat ini diturunkan berhubungan dengan ibadah haji dan umroh di mana kaum Muslimin diwajibkan mengerjakan haji dan umroh. Yang dimaksud dengan perintah Allah untuk "menyempurnakan" haji dan umrah, ialah mengerjakannya secara sempurna dan ikhlas karena Allah swt. Ada kemungkinan seseorang yang sudah berniat haji dan umroh terhalang oleh bermacam halangan untuk menyempurnakannya.

Dalam hal ini Allah swt memberikan ketentuan sebagai berikut: orang yang telah berihram untuk haji dan umrah lalu dihalangi oleh musuh sehingga haji dan

umrohnya tidak dapat diselesaikan, maka orang itu harus menyediakan seekor unta, sapi, atau kambing untuk disembelih.

Hewan-hewan itu boleh disembelih, setelah sampai di Makkah, dan mengakhiri ihramnya dengan (mencukur atau menggunting rambut). Mengenai tempat penyembelihan itu ada perbedaan pendapat, ada yang mewajibkan di Tanah Suci Mekah, ada pula yang membolehkan di luar Tanah Suci Mekah. 

Jika tidak menemukan hewan yang akan disembelih, maka hewan itu dapat diganti dengan makanan seharga hewan itu dan dihadiahkan kepada fakir miskin. Jika tidak sanggup menyedekahkan makanan, maka diganti dengan puasa, tiap-tiap mud makanan itu sama dengan satu hari puasa.

Orang-orang yang telah berihram haji atau umrah, kemudian dia sakit atau pada kepalanya terdapat penyakit seperti bisul, dan ia menganggap lebih ringan penderitaannya bila dicukur kepalanya dibolehkan bercukur tetapi harus membayar fidyah dengan berpuasa 3 hari atau bersedekah makanan sebanyak 3 ṣā' (10,5 liter) kepada orang miskin, atau berfidyah dengan seekor kambing.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement