Senin 02 Jan 2023 09:30 WIB

Saran Imam Al Ghazali ketika Membaca Alquran

Imam Al Ghazali menjelaskan keajaiban Alquran tak akan pernah habis.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
Saran Imam Al Ghazali ketika Membaca Alquran. Foto: Ilustrasi Alquran
Foto: Republika.co.id
Saran Imam Al Ghazali ketika Membaca Alquran. Foto: Ilustrasi Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Alquran dapat menghidupkan lahir batin apa bila membacanya dengan penuh penghormatan dan perenungan. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:

"Sesungguhnya Alquran memiliki dimensi lahir dan batin, batas dan permulaan."

Baca Juga

Imam Al-Ghazali mengatakan, perkataan sahabat Ali semoga Allah memuliakan wajahnya. Beliau berkata:

"Kalau mau, aku bisa membebani 70 unta dengan tafsir surat Al-fatihah."

Menurut Al-Ghazali, bahwa ucapannya menjelaskan bahwa rahasia Alquran tidak akan pernah habis dan keajaibannya tak bakal bisa dihitung. Hal itu tergantung pada kadar kesucian hati seseorang.

Adapun dalil yang menunjukkan bahwa tafsir bukanlah sesuatu yang didengar dan diterima dari Allah. Ssebagaimana Alquran adalah doa Nabi untuk Ibnu Abbas.

"Ya Allah paham ia dalam hal agama secara mendalam dari aja dan ajarilah ia takwil."

Allah SWT dalam surat An-Nisa ayat 83 berfirman yang artinya.

"Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya dari mereka."

Imam Al-Ghazali menyarankan kita ketika membaca Alquran seyogyanya dilantunkan dengan penuh penghormatan dan perenungan. Karena sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala sangat menyayangi makhlukNya ketika dia turun dari arasyNya sampai ke tingkat memahamkan makhlukNya.

"Sehingga dia mengantarkan makna-makna kalamNya yang merupakan sifat DzatNya sendiri ke tataran pemahaman makhlukNya," tulis Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ikhtisar Ihya Ulumiddin.

"Lihatlah bagaimana sifat kalamnya tersingkap di dihadapan makhluk dalam berupa huruf dan suara?"

Seandainya subetansi keindahan kalam Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak dipagari dengan huruf-huruf, niscaya arasy dan bumi tidak akan kuat mendengar kalamnya dan semua yang ada di antara arasy dan bumi pasti akan hancur karena keagungan kuasa Allah dan kesucian cahayaNya.

Seumpama bukan lantaran Allah memberikan keteguhan jiwa pada diri Musa as, tentu dia tidak akan mampu mendengar kalamNya. Sebagaimana gunung yang tidak kuasa menerima substansi kalam Allah dan akibatnya hancur berkeping-keping.

Sikap mengagungkan sang pemilik firman Allah hendaknya dihadirkan di dalam hati dan seimbang seolah-olah Dia menyampaikan Alquran kepadanya pada saat sedang membaca dan berprasangka bahwa Allah mengajaknya berbicara dengannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement