Rabu 17 Sep 2025 16:36 WIB

Reshuffle Kabinet, ini Contoh Menteri Turki Utsmani yang Bermasalah Sehingga Dipecat

Reshuffle kabinet pada masa Turki Utsmani terjadi berkali kali.

Masjid Nusretiye merupakan salah satu bangunan tempat ibadah peninggalan kejayaan Dinasti Turki Utsmani (Ottoman) di wilayah Istanbul, Turki.
Foto: Google.com
Masjid Nusretiye merupakan salah satu bangunan tempat ibadah peninggalan kejayaan Dinasti Turki Utsmani (Ottoman) di wilayah Istanbul, Turki.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Prabowo Subianto merombak kabinetnya yang kedua kali pada Rabu (17/9/2025). Perombakan ini dimaksudkan untuk mempercepat pelaksanaan berbagai program Kepala Negara yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan menumbuhkan ekonomi.

Reshuffle ini bukanlah hal baru. Sebab pada masa lalu, perombakan kabinet sudah dilakukan berbagai penguasa dari berbagai zaman, termasuk Turki Utsmani. 

Baca Juga

Dalam sejarah Turki Utsmani, perombakan kabinet terjadi berkali-kali karena struktur pemerintahan mereka memang menempatkan wazir agung (grand vizier) dan para pejabat tinggi dalam posisi yang bisa diganti langsung oleh sultan. Perombakan biasanya dilakukan untuk memperkuat kendali pusat, mengatasi krisis, atau meredam konflik politik di dalam istana.

Pencopotan Ibrahim Pasha

Salah satu contoh besar terjadi pada masa Sultan Suleiman al-Qanuni (1520–1566 M). Awalnya, wazir agungnya adalah Ibrahim Pasha, sahabat dekat yang sangat dipercayai. Ibrahim banyak membawa reformasi, memperkuat birokrasi, dan sukses dalam diplomasi. 

Kesalahan Ibrahim Pasha yang membuatnya akhirnya dicopot (bahkan dieksekusi) oleh Sultan Suleiman al-Qanuni pada tahun 1536 M bukan sekadar karena satu peristiwa, tetapi gabungan dari politik, kecemburuan istana, dan sikapnya sendiri. Beberapa faktor utama adalah:

Pengaruh yang terlalu besar

Ibrahim Pasha awalnya adalah sahabat dekat Suleiman, bahkan dijuluki “Makbul” (yang diterima). Namun, setelah berkuasa bertahun-tahun sebagai wazir agung, ia menjadi sangat dominan dalam urusan militer, diplomasi, dan administrasi. Banyak pejabat merasa seolah-olah dialah “raja kedua” dalam kekhalifahan.

Gaya hidup mewah dan angkuh

Ia membangun istana megah dan kadang berperilaku seakan-akan memiliki kedudukan setara dengan sultan. Dalam beberapa catatan sejarah, Ibrahim bahkan digambarkan menandatangani dokumen dengan gelar yang terlalu tinggi, seakan-akan ia lebih dari seorang wazir.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement