Kamis 04 Sep 2025 14:36 WIB

Musim Maulid Nabi, ini 5 Kitab Syair Penambah Cinta kepada Rasulullah

Maulid Nabi momentum menambah rasa cinta kepada Rasulullah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Erdy Nasrul
Majelis Taklim Habib Abubakar Hasan Alatas Azzabidi menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di kediaman Abuya Habib Abubakar bin Hasan Alatas Azzabidi di Jalan Karya Bhakti No.9 RT.01/RW. 06 Tanah Baru, Kecamatsn Beji, Kota Depok, Ahad (27/10).
Foto: Foto: Istimewa
Majelis Taklim Habib Abubakar Hasan Alatas Azzabidi menyelenggarakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di kediaman Abuya Habib Abubakar bin Hasan Alatas Azzabidi di Jalan Karya Bhakti No.9 RT.01/RW. 06 Tanah Baru, Kecamatsn Beji, Kota Depok, Ahad (27/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ulama memiliki kekhasan tersendiri mengekspresikan kecintaannya kepada Nabi Muhammad. Salah satunya adalah menghimpun syair syair indah tentang Rasulullah. Berikut ini adalah beberapa kitab ulama tentang hal tersebut. Masing-masing memiliki kisah tersendiri.

1. Burdah Imam al-Bushiri

Kisah pengarang Maulid Burdah ini sangat terkenal dalam tradisi Islam, terutama terkait dengan pujian terhadap Nabi Muhammad dalam bentuk syair atau kasidah. Salah satu karyanya yang paling masyhur adalah Qasidah Burdah, yang artinya "Syair Jubah".

Baca Juga

 

Dalam sejumlah riwayat, kisah pengarangannya penuh dengan keajaiban yang melibatkan kesembuhan Imam al-Bushiri dari sakit parah. Diceritakan bahwa Imam al-Bushiri mengalami penyakit lumpuh yang sangat berat, sampai-sampai ia hampir putus asa dalam mencari pengobatan.

Dalam keadaan sakit tersebut, ia memperbanyak shalawat dan memuji Nabi Muhammad melalui syair-syair. Salah satu hasil dari pengabdian dan kecintaannya pada Nabi adalah penyusunan Qasidah Burdah.

Menurut kisahnya, setelah menulis Qasidah tersebut, Imam al-Bushiri bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad. Dalam mimpinya, Nabi Muhammad mendengarkan syair yang ia tulis, sangat berkenan, dan dengan kasih sayang, Nabi Muhammad menyelimuti Imam al-Bushiri dengan jubah burdah-nya.

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan, Imam al-Budhairi juga sempat berbincang-bincang dengan Rasulullah SAW dan membacakan syair Burdah hingga bait ke-51, wama balaghu al-ilmi annahu masyarun.

Rasulullah kemudian memintanya untuk meneruskan, akan tetapi al-Bushiri menyatakan bahwa dirinya sudah tak sanggup lagi. Kemudian, Rasulullah menyempurnakan bait itu hingga kalimat, wa annahu khayri khalqillahi kulllihimi.

Ketika terbangun dari mimpi tersebut, Imam al-Bushiri merasakan kesembuhan yang luar biasa dari penyakit lumpuh yang sebelumnya ia derita. Karena itulah, kasidah ini kemudian disebut Burdah, yang berarti selimut, sebagai simbol keberkahan yang ia terima dari Nabi Muhammad.

Kabar Imam Bushiri yang sembuh dari stroke usai menyusun Burdah pun menyebar luas ke berbagai penjuru. Tak terkecuali para penguasa di Mesir pada saat itu. Mereka berharap, dengan membaca Burdah yang berisi pujian-pujian kepada Rasulullah SAW, maka Allah menurunkan rahmat-Nya. Dengan begitu, orang-orang yang membaca sembuh dari penyakit yang dideritanya.

 

sumber : Dokumentasi Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement