REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah menjelaskan adanya orang-orang yang tersesat. Dalam ayat ketujuh Al Fatihah misalkan, ada kata maghdhub (مغضوب) yang berarti tersesat. Siapakah mereka yang disebut Allah berada di jalan yang sesat? Berikut ini adalah penjelasan ahli tafsir Alquran.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa yang dimaksud mereka yang tersesat adalah kelompok orang-orang yang sudah mengetahui kebenaran, tapi enggan melaksanakannya. Misalkan, mereka sudah mengetahui kenabian Muhammad SAW, tapi malah mengingkari kenabian tersebut. Kemudian mereka sudah mengetahui bahwa tiada Tuhan selain Allah, tapi mereka malah menyembah berhala dan dewa dewi yang mereka ciptakan.
Lebih lanjut, Abdurrahman as-Sa'di menjelaskan sebagai berikut:
Adapun jalan yang lurus (اهدنا لصراط المستقيم) adalah “jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka” dari para nabi orang-orang yang benar dalam keimanan para syuhada dan orang-orang sholeh. “Bukan” jalan orang “yang dimurkai” yaitu orang yang mengetahui kebenaran namun meninggalkan kebenaran tersebut seperti Yahudi dan semisal mereka dan “bukan” pula jalan “orang-orang yang sesat” yaitu orang-orang yang meninggalkan kebenaran karena kebodohan dan kesesatan seperti orang-orang Nasrani dan semisal mereka.
Surat ini dengan ke ringkasannya telah meliputi hal-hal yang tidak diliputi oleh surat-surat lainnya dalam al-quran. surat ini mengandung macam-macam tauhid yang tiga yaitu tauhid rububiyyah yang disarikan dari firman Allah robbil ‘alami (robb sekalian alam), tauhid uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam beribadah, yang disarikan dari firmannya iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in (hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah Kami memohon pertolongan), dan tauhid asma wa shifat, yaitu menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah yang telah ditetapkan oleh diri-Nya dan ditetapkan oleh rasul-Nya tanpa mengingkari, memisalkan dan menyerupakan di mana sesungguhnya hal itu ditunjukkan oleh kalimat alhamdu (segala pujian) sebagaimana yang telah lalu.