REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran menceritakan bahwa Maryam, ibu Nabi Isa alaihissalam, adalah seorang wanita yang sangat saleh dan suci, dipilih Allah SWT untuk mengandung dan melahirkan Isa secara mukjizat tanpa campur tangan seorang pria. Namun, masyarakat di sekelilingnya tidak mengetahui hal ini dan menuduhnya berzina.
Diceritakan bahwa setelah melahirkan Nabi Isa, Maryam diperintahkan berpuasa. Namun, puasa yang dilakukan oleh Maryam di sini merujuk pada "puasa bicara" atau diam, bukan puasa menahan lapar dan dahaga seperti yang dilakukan umat Islam saat ini.
Puasa berbicara tersebut disampaikan Malaikat Jibril saat menemuinya dalam wujud manusia. Dalam Alquran, Jibril mengatakan:
...فَاِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ اَحَدًاۙ فَقُوْلِيْٓ اِنِّيْ نَذَرْتُ لِلرَّحْمٰنِ صَوْمًا فَلَنْ اُكَلِّمَ الْيَوْمَ اِنْسِيًّا ۚ
Artinya: "....Jika engkau melihat seseorang, katakanlah, ‘Sesungguhnya aku telah bernazar puasa (bicara) untuk Tuhan Yang Mahapengasih. Oleh karena itu, aku tidak akan berbicara dengan siapa pun pada hari ini." (QS Maryam [19]: 26).
Setelah Maryam diperintahkan untuk berpuasa pada hari melahirkan putranya dan tidak berbicara dengan seorang pun, lalu Maryam menggendong anaknya dan membawanya kepada kaumnya, hal itu menyebabkan kaumnya mencela perbuatannya seraya berkata, “Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu perbuatan yang amat mungkar."
BACA JUGA: Sadis, Jasad Puluhan Ribu Syuhada Menguap Jadi Pertikel tak Kasat Mata Akibat Bom Israel
Kemudian mereka menambah celaan dan cemoohan serta tuduhan kepada Maryam seraya berkata, “Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang wanita tuna susila. Bagaimana kamu sampai mendapatkan anak ini?.”
Saat itu Maryam dipanggil dengan sebutan “Saudara perempuan Harun” karena telah menjadi kebiasaan Bani Israil untuk menyebutkan nama-nama para nabi dan orang-orang saleh sebelumnya.
Seperti diriwayatkan...