REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wanita salihah yang luar biasa menginspirasi banyak orang adalah Maryam. Dua legasi maryam kita rasakan hingga detik ini. Pertama adalah roti maryam. Ini merupakan roti yang selalu tersedia di tempat maryam biasa beribadah, yaitu mihrab.
Kedua adalah mihrab. Setiap masjid dan mushala pasti memiliki mihrab, tempat imam memimpin sholat. Sebelum ada masjid, mihrab merupakan tempat maryam biasa beribadah mengagungkan asma Allah sehari-hari.
Suatu ketika, Nabi Isa, satu-satunya nabi dengan bin ibunya, karena tak memiliki bapak, mengajak sang ibu berkhalwat. Lokasinya di atas sebuah bukit sekitar Lebanon (Lubnan). Mari ibu, kita beribadah di sana mengagungkan asma Allah. Kemudian berangkatlah mereka ke sana, tempat yang jauh dari hiruk pikuk kehidupan duniawi.
Sampai di dataran tinggi bukit mereka berdzikir beberapa saat. Kemudian teringat bahwa mereka perlu mengumpulkan bekal. Nabi Isa meminta sang ibunda menetap di sana. Sang nabi pergi sejenak, mencari dedaunan dan menyiapkan tempat untuk menampung air hujan yang menjadi minuman mereka.
Dalam kesendiriannya, Maryam didatangi tamu yang membuat badannya gemetar hebat. Maryam bertanya, siapa orang tersebut. Ternyata dia adalah malaikat pencabut nyawa. Si malaikat menyampaikan pesan bahwa ajal wanita shalihah tersebut sudah tiba, sehingga nyawanya akan dicabut. “Bisakah menunggu sebentar, karena anakku sebentar lagi akan kembali,” pinta Maryam.
Si malaikat hanya menjelaskan, bahwa dirinya hanya menjalankan perintah Allah yang sudah diberikan kepadanya, yang tidak bisa ditawar-tawar. Maryam tidak bisa berkata-kata lagi. Kemudian dia pergi ke mihrab tempat dia biasa beribadah. Entah dalam posisi bagaimana, Maryam tetap di sana terdiam.
Sementara Nabi Isa sudah berhasil mengumpulkan bekal. Berjalanlah dia menuju sang ibunda yang sudah bersusah payah melahirkannya tanpa seorang bapak. Tiba di tempat mereka berkumpul, Nabi Isa menyaksikan sang ibunda berada di mihrab. Kemudian dipeganglah tangan Maryam. Dia merasakan tangan itu sudah dingin, tak lagi hangat. Kemudian dia perhatikan wajahnya, lalu diajak berbicara, ternyata Maryam tak merespons. Sampailah pada kesimpulan bahwa sang ibunda telah wafat.