Rasulullah SAW juga menyebutkan bahwa semut juga bertasbih. Dalam hadits riwayat Abu Hurairah RA, beliau bersabda:
قَرَصَتْ نَمْلَةٌ نَبِيًّا مِنْ الْأَنْبِيَاءِ فَأَمَرَ بِقَرْيَةِ النَّمْلِ فَأُحْرِقَتْ فَأَوْحَى اللَّهُ إِلَيْهِ أَنْ قَرَصَتْكَ نَمْلَةٌ
"Ada semut yang menggigit seorang Nabi dari Nabi-Nabi terdahulu lalu Nabi itu memerintahkan agar membakar sarang semut-semut itu maka kemudian Allah mewahyukan kepadanya, firman-Nya: "Hanya karena gigitan sesekor semut makai kamu telah membakar suatu kaum yang bertasbih.”
Bahkan benda-benda mati pun ikut bertasbih. Sebagai contoh adalah bertasbihnya makanan pada masa Rasulullah SAW.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كُنَّا نَعُدُّ الْآيَاتِ بَرَكَةً وَأَنْتُمْ تَعُدُّونَهَا تَخْوِيفًا كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ فَقَلَّ الْمَاءُ فَقَالَ اطْلُبُوا فَضْلَةً مِنْ مَاءٍ فَجَاءُوا بِإِنَاءٍ فِيهِ مَاءٌ قَلِيلٌ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِي الْإِنَاءِ ثُمَّ قَالَ حَيَّ عَلَى الطَّهُورِ الْمُبَارَكِ وَالْبَرَكَةُ مِنْ اللَّهِ فَلَقَدْ رَأَيْتُ الْمَاءَ يَنْبُعُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ولقَدْ كُنَّا نَسْمَعُ تَسْبِيحَ الطَّعَامِ وهو يُؤْكَلُ.
Dari [Abdullah] berkata, "Kami dahulu menganggap tanda-tanda luar biasa (seperti mukjizat) sebagai berkah sedangkan kalian menganggapnya sebagai sesuatu yang menakutkan. Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam suatu perjalanan kemudian persediaan air menipis, maka beliau bersabda: "Carilah sedikit air". Maka mereka datang dengan membawa sebuah bejana berisi air yang sedikit lalu beliau memasukkan tangan beliau ke dalam bejana itu kemudian bersabda, "Kemarilah bersuci dengan penuh keberkahan dan keberkahan itu datang hanya dari Allah." Sungguh aku melihat air memancar dari sela-sela jari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan sungguh kami pun pernah mendengar makanan bertasbih ketika sedang dimakan." (HR Bukhari).
Muncul pertanyaan. Jika benar makhluk selain manusia bertasbih lantas mengapa kita tidak mendengar suara mereka?
Menurut buku Al-Hayawan fi Al-Quran al-Karim: al-Musu'ah al-Muyassarah li al-I'jaz al-llmi fi Al-Quran Al-Karim karya Dr Zaghloul Ragheb Muhammad Al-Najjar, yang demikian ini bagian dari rahmat Allah SWT kepada manusia karena tak bisa mendengarkan suara tasbih makhluk yang lain.
BACA JUGA: Paskibraka Muslimah 'Dipaksa' Lepas Jilbab, Kiai Cholil: Ini tidak Pancasilais!
Jika bukan karena hal ini, kehidupan akan menjadi neraka yang tak tertahankan jika suara-suara di sekitar kita berlipat ganda dan mengganggu tanpa henti atau terputus, dan ini akan menyebabkan terganggunya kemampuan manusia untuk bekerja, tafakur, tadabur, dan beribadah, dan akan menghilangkan waktu tidur, istirahat dan rekreasi, tetapi manusia akan kehilangan akal jika dia mendengarkan semua hal di sekelilingnya yang berbicara pada waktu yang sama.
Dalam buku at-Tasbih fi al-Kitab wa as-Sunnah wa ar-Raddu 'ala al-Mafahim al-Khathiah Fih, jilid I, karya Dr Muhammad bin Ishaq Kendo, dijelaskan bahwa para ahli tafsir mengatakan tentang tasbih makhluk:
(Dalil-dalil dari Kitab, Sunnah dan atsar adalah konsisten, tidak menyisakan ruang untuk keraguan dan keraguan, tentang pujian yang benar dari semua makhluk kepada Allah SWT dalam bahasa kata-kata, di samping bahasa keadaan, yang merupakan indikasi mereka, dengan munculnya efek-efek dari karya Ilahi di dalamnya - tentang kebesaran dan kesempurnaan Penciptanya dan penyucian-Nya dari cacat, kekurangan, sekutu dan persamaan.
Namun, yang mengherankan...