Sabtu 10 Aug 2024 09:36 WIB

Banyak Intelektual Muslim Belum Paham Sholat, Gus Nasrul Buka Suara

Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim.

Rep: Noor Alfian/ Red: Muhammad Hafil
Sholat. Ilustrasi
Foto: Canva
Sholat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Di tengah gemerlapnya dunia pendidikan tinggi Indonesia, terjadi fenomena yang amat memprihatinkan. Indonesia dikenal sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, masih banyak sarjana dan calon sarjana Muslim , hingga para dosen yang ternyata belum memahami tata cara sholat dengan benar.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu), Dr KH Nasrulloh Afandi, Lc, MA, dalam khutbah Jumat di Masjid Agung Baitul Makmur, Jepara, pada 9 Agustus 2024.

Baca Juga

"Contoh kecilnya Di kampus-kampus, kita sering menemukan pemandangan yang sangat memprihatinkan. Banyak sarjana, dosen, dan mahasiswa yang belum mengerti betul syarat dan rukun dalam sholat".

"Bahkan, banyak dari mereka yang tidak mengetahui cara rukuk, sujud, dan takbiratul ihram yang benar," "Banyak juga kasus mahasiswa yang berambut gondrong, saat sujud semua, dahinya tertutup rambut. Maka tidak syah sujudnya", ujar Gus Nasrul.

Ia mencontohkan, banyak dosen perempuan dan mahasiswi yang tidak mengenakan mukena saat sholat, melainkan hanya memakai pakaian kuliah seperti celana setengah betis, atau rok, dan tanpa kaos kaki, yang otomatis kelihatkan betis dan kakinya. Serta pergelangan tangannya.

"Padahal, itu merupakan bagian dari aurat yang harus ditutupi. Jika aurat terbuka, otomatis salatnya tidak sah," lanjut Gus Nasrul, yang juga merupakan alumnus Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri itu.

Gus Nasrul juga menyoroti bagaimana banyak mahasiswa dan mahasiswi yang saat sholat mengenakan pakaian ketat, sehingga ketika rukuk atau sujud, sebagian aurat mereka seperti bagian pinggang belakang atau bahkan pantatnya terbuka.

"Ini adalah hal-hal kecil yang sering terabaikan, namun sangat penting dalam menentukan sah atau tidaknya salat," tegas Gus Nasrul doktor Maqashid Syariah Summa Cumlaude alumnus Universitas Al-Qurawiyin Maroko.

Selain permasalahan dalam sholat, Gus Nasrul juga mengungkapkan keprihatinannya terkait pemahaman tentang fikih haid, nifas, dan istihadhah di kalangan mahasiswi.

Menurutnya, banyak mahasiswi yang belum bisa membedakan antara darah haid dan darah istihadhah, terutama ketika darah haid terputus-putus.

"Padahal, perbedaan ini sangat penting karena berkaitan dengan kewajiban atau tidaknya seorang Muslimah untuk salat," jelas Gus Nasrul.

Lebih jauh, Gus Nasrul menegaskan bahwa meskipun seseorang tidak harus menjadi ahli agama, setiap Muslim wajib mempelajari dasar-dasar ibadah, utamanya tata cara wudhu, sholat, puasa, dan ibadah lainnya.

"Kita diperbolehkan bercita-cita menjadi ahli di bidang apapun, entah itu teknik, kedokteran, atau arsitektur. Namun, yang terpenting adalah harus menguasai bekal pokok dalam beribadah kepada Allah SWT," tutur Gus Nasrul.

Tak hanya itu, dia juga menyoroti rendahnya kemampuan membaca Al-Fatihah dengan tajwid yang benar di kalangan sarjana Muslim.

"Padahal, membaca Al-Fatihah dengan tajwid yang benar adalah salah satu syarat sahnya sholat," tambah Gus Nasrul.

Fenomena ini, ditegaskan Gus Nasrul, tidak hanya terjadi di perguruan tinggi umum, tetapi juga di perguruan tinggi Islam.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, ini adalah musibah besar bagi bangsa kita," ujarnya dengan nada prihatin.

Gus Nasrul juga menegaskan: "Kita harus membimbing dan mengarahkan generasi muda kita agar tidak hanya unggul dalam skill kerja, tetapi juga dalam beribadah kepada Allah SWT, membimbing generasi penerus agar tumbuh menjadi Muslim yang taat dan berilmu. Pesan yang disampaikan oleh Gus Nasrul ini menjadi pengingat bahwa pendidikan tinggi bukan hanya tentang mengasah kecerdasan intelektual, tetapi juga tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk kehidupan kekal di akhirat

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement