Rabu 19 Jun 2024 10:16 WIB

Operasi Burung Hud Hud Hizbullah dan Kisahnya yang Diabadikan Alquran

Alquran mengabadikan kisah Nabi Sulaiman dan burung Hud Hud.

Burung hud hud. Burung hoopoe atau burung hud-hud secara khusus disebutkan dua kali dalam Surat An-Naml.
Foto: About Islam
Burung hud hud. Burung hoopoe atau burung hud-hud secara khusus disebutkan dua kali dalam Surat An-Naml.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Fuji Eka Permana dan Fitriyan Zamzami

Kelompok Hizbullah dari Lebanon kembali mengancam Israel sebagai tekanan untuk mundur dari Jalur Gaza. Kali ini mereka melansir video dari drone yang berhasil lolos dari sistem keamanan canggih milik Israel mengintai sejumlah wilayah Israel.

Baca Juga

Hizbullah Lebanon semalam menerbitkan klip video berdurasi 9 menit 31 detik itu dengan judul “Yang Dibawa Pulang Burung Hud Hud.” Video itu mencakup survei akurat wilayah di Israel utara. Burung Hud Hud agaknya merujuk pada kisah dalam dalam Alquran soal burung pengintai milik Nabi Sulaiman yang membawa pulang kabar soal Kerajaan Saba.

Terlepas dari bagaimana teknis Operasi Burung Hud Hud oleh Hizbullah, bagaimana sebenarnya kisah burung yang diabadikan Alquran tersebut?

Nabi Sulaiman yang menjadi seorang raja, kaya raya, berilmu dan beriman kepada Allah SWT awalnya marah kepada burung hud-hud yang pergi tanpa pamit. Namun saat burung hud-hud datang lagi, ia memberikan ilmu dan informasi kepada Nabi Sulaiman. 

Dengan demikian, Nabi Sulaiman tidak jadi marah, tapi malah mendengarkan informasi dan ilmu dari burung hud-hud yang menjadi bawahannya. Nabi Sulaiman walau telah menjadi orang yang sangat besar lagi berilmu dan pintar, tetap mau mendengarkan perkataan bawahannya. Kisah kerendahan hati Nabi Sulaiman walau menjadi orang besar dikisahkan dalam tiga ayat Alquran ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَتَفَقَّدَ الطَّيْرَ فَقَالَ مَا لِيَ لَآ اَرَى الْهُدْهُدَۖ اَمْ كَانَ مِنَ الْغَاۤىِٕبِيْنَ  

Dia (Sulaiman) memeriksa (pasukan) burung, lalu berkata, “Mengapa aku tidak melihat Hudhud? Ataukah ia termasuk yang tidak hadir? (QS An-Naml Ayat 20)

لَاُعَذِّبَنَّهٗ عَذَابًا شَدِيْدًا اَوْ لَاَا۟ذْبَحَنَّهٗٓ اَوْ لَيَأْتِيَنِّيْ بِسُلْطٰنٍ مُّبِيْنٍ  

Pasti akan kuhukum ia dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku dengan alasan yang jelas.” (QS An-Naml Ayat 21)

فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيْدٍ فَقَالَ اَحَطْتُّ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهٖ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَاٍ ۢبِنَبَاٍ يَّقِيْنٍ 

Tidak lama kemudian (datanglah Hudhud), lalu ia berkata, “Aku telah mengetahui sesuatu yang belum engkau ketahui. Aku datang kepadamu dari negeri Saba’ membawa suatu berita penting yang meyakinkan (kebenarannya) (QS An-Naml Ayat 22)

Ayat-ayat di atas menerangkan bahwa pada suatu hari Nabi Sulaiman Alahissalam memeriksa barisan tentaranya, termasuk burung hud-hud, tetapi ia tidak melihatnya. Dengan nada marah dan heran ia berkata, “Mengapa aku tidak melihat burung hud-hud! Apakah aku tidak melihatnya ataukah burung hud-hud itu sendiri yang telah pergi tanpa minta izin kepadaku lebih dahulu?”  

Perbuatan itu adalah perbuatan yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dari ayat ini dipahami hal-hal sebagai berikut.

Pertama, Nabi Sulaiman mempunyai tentara, dan di antaranya terdapat sejenis burung yang bernama burung hud-hud. Burung hud-hud termasuk jenis burung pemakan serangga, sejenis burung pelatuk. Ia mempunyai paruh yang panjang, berjambul di kepalanya, berekor panjang, dan berbulu indah beraneka warna. Ia hidup dengan membuat sarang atau lubang pada pohon-pohon kayu yang telah mati dan lapuk. 

Kedua, Nabi Sulaiman selalu memeriksa tentaranya. Oleh karena itu, ia mengetahui tentaranya yang hadir dan yang tidak hadir waktu pemeriksaan itu. Ketiga, setiap tentaranya bepergian atau melakukan sesuatu pekerjaan hendaklah mendapat izin dari padanya terlebih dahulu. Jika ada yang melanggar ketentuan ini, akan mendapat hukuman dari Sulaiman. 

Keempat, tentara Nabi Sulaiman patuh mengikuti segala perintahnya dan tidak pernah ada yang mengingkarinya. Oleh karena itu, Sulaiman merasa heran dan tercengang atas kepergian burung hud-hud tanpa pamit. Tidak pernah terjadi kejadian seperti yang demikian itu sebelumnya. Ia lalu mengancam burung hud-hud dengan hukuman yang berat seandainya nanti burung itu kembali tanpa mengemukakan alasan-alasan yang dapat diterima.

Nabi Sulaiman berkata, “Seandainya burung hud-hud kembali nanti, tanpa mengemukakan alasan yang kuat atas kepergiannya dengan tidak minta izin itu, maka aku akan menyiksanya dengan mencabut bulu-bulunya, sehingga ia tidak dapat terbang lagi atau akan kusembelih. Salah satu dari dua hukuman itu akan aku laksanakan terhadapnya, agar dapat menjadi pelajaran bagi yang lain yang bertindak seperti burung hud-hud itu.” 

Dari ayat ini dipahami bahwa jika burung hud-hud itu dapat mengemukakan alasan-alasan kepergiannya tanpa pamit dan alasan-alasan itu dapat diyakini kebenarannya, maka Nabi Sulaiman tidak akan melaksanakan hukuman yang telah diancamkan itu.

Tidak berapa lama setelah ancaman hukuman untuk burung hud-hud itu dikeluarkan, burung itu pun datang. Nabi Sulaiman lalu menanyakan sebab-sebab kepergian burung hud-hud yang tanpa pamit itu. Burung hud-hud itu menerangkan alasan kepergiannya dengan mengatakan bahwa ia telah pergi dan terbang mengarungi daerah yang jauh dan telah sampai kepada suatu negeri yang bernama Saba’. Ia mengetahui hal ihwal negeri itu yang Nabi Sulaiman sendiri belum mengetahuinya. Berita yang dibawanya itu adalah berita penting serta dapat diyakini kebenarannya. Burung hud-hud telah menyampaikan berita penting itu kepada Nabi Sulaiman sedemikian rupa, dengan kata-kata yang manis lagi hormat, enak didengar telinga, disertai dengan alasan-alasan yang kuat pula. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement