Ketiga, Isa AS datang membawa ajaran antara lain kewajiban salat, zakat, dan berbakti kepada orang tua selama hidup, dalam arti selama masih hidup di permukaan bumi ini.
Memang dalam pandangan ajaran Islam, para nabi dan rasul membawa ajaran yang sama dalam prinsip-prinsip akidah (keesaan Allah, kenabiaan, dan kepasatian hari kemudian), prinsip-prinsip syariah (salat, zakat, puasa, dan Haji), serta prinsip-prinsip akhlak. Perbedaan hanya pada rincian dan cara.
Keempat, bahwa Isa AS kini masih hidup di langit, bukankah satu kewajiban untuk mempercayainya. Memang ada ulama yang berpendapat demikian berdasarkan pemahaman mereka tentang arti ayat Alquran
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَىٰ إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا وَجَاعِلُ الَّذِينَ اتَّبَعُوكَ فَوْقَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِلَىٰ يَوْمِ الْقِيَامَةِ ۖ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأَحْكُمُ بَيْنَكُمْ فِيمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya". (QS Ali Imran ayat 55).
Serta beberapa hadits yang berkaitan dengan kenaikan Isa Almasih dan akan turunnya kelak menjelang kiamat. Tetapi hadits-hadits tersebut, walaupun banyak, kesemuanya bermuara pada dua orang saja yang keduanya bekas penganut agama Kristen, yaitu Ka'ab Al-Ahbar dan Wahab bin Munabbih.
Tidak sedikit ulama yang menilai bahwa informasi mereka tentang kehidupan Nabi Isa di langit dan bakal turunnya kelak, pada hakikatnya bersumber dari sisa kepercayaan kedua perawi hadis-hadis itu.
Dengan demikian pengertian ayat Alquran (Q.S. 3:55) di atas bukan dalam arti diangkat fisiknya, melainkan diangkat derajatnya ke sisi Allah SWT.