REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran telah menegaskan berulang kali tentang karakter buruk bangsa Yahudi, termasuk watak penakut mereka.
Teranyar, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dilaporkan tengah mengalami kegusaran tingkat tinggi. Hal ini menyusul Pengadilan Pidana Internasional (ICC) yang akan mengeluarkan surat penangkapan terhadap penjahat perang, Netanyahu, pekan ini.
Hal tersebut dilaporkan membuat Netanyahu tertekan sementara Israel meminta bantuan Amerika Serikat (AS) mencegah vonis ICC.
Menulis untuk situs berita Walla, analis Ben Caspit mengatakan Netanyahu berada “di bawah kondisi stress luar biasa” atas prospek surat perintah penangkapan terhadap dirinya dan pejabat Israel lainnya oleh pengadilan PBB di Den Haag. Hal itu disebut akan menyebabkan kemunduran besar dalam status internasional Israel.
Netanyahu sejauh ini memimpin “upaya tanpa henti melalui telepon” untuk mencegah surat perintah penangkapan. “Upaya itu terutama berfokus pada pemerintahan Presiden AS Joe Biden,” Caspit melaporkan.
Analis Haaretz, Amos Harel, melaporkan pemerintah Israel berasumsi bahwa jaksa ICC Karim Khan, pekan ini mungkin akan mengeluarkan surat perintah penangkapan Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant, dan Kepala Staf IDF Herzi Halevi.
Dengan 124 anggota tetap, ICC dapat mengadili individu atas kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, genosida, dan agresi. Investigasi di ICC terpisah dari kasus genosida yang diluncurkan terhadap Israel di Mahkamah Internasional (ICJ) yang juga berbasis di Den Haag.
Sebelumnya, saat Iran melakukan serangan terhadap Israel pada Ahad (14/4/2024) lalu, Netanyahu dan istri 'diungsikan' ke rumah seorang miliarder bernama Simon Falic di Yerusalem. Menurut sumber Walla News, rumah Simon Falic memiliki bunker beton bawah tanah.
Bani Israil yang menjadi akar dari bangsa Yahudi dalam kisahnya terkenal sebagai umat yang penakut.
Alquran mengisahkan bahwa Bani Israil tidak mau memasuki wilayah Kana'an karena takut berperang sehingga mereka membangkang kepada Nabi Musa alaihissalam. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَا ۖفَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ
Mereka berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Oleh karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami tetap berada di sini saja.” (QS Al-Ma'idah Ayat 24)
Maksud ayat di atas yaitu, setelah orang-orang Yahudi menolak perintah dua utusan Nabi Musa, yaitu Yosua bin Nun dan Kalaeb bin Yefune. Kemudian orang-orang Yahudi berkata, "Wahai Musa! Meski engkau menyuruh kami untuk masuk ke Kana’an yang merupakan daerah orang Palestina, sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka, yaitu penduduknya yang merupakan orang-orang kuat lagi besar, masih ada di dalamnya. Karena itu, lebih baik pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan kemudian berperanglah kamu berdua untuk mengalahkan mereka. Sementara kalian berperang, biarlah kami tetap berada dan menanti di sini saja sambil menunggu hasil dari perjuanganmu.” (Tafsir Ringkas Kementerian Agama)
Dalam ayat di atas dijelskan bahwa anjuran dua orang utusan Nabi Musa itu tidak dapat mempengaruhi kaumnya dan tidak mengubah semangat mereka. Oleh karena itu setelah anjuran itu, mereka mengulangi ucapan mereka kepada Nabi Musa bahwa mereka selamanya tidak akan masuk Kana'an selama kaum raksasa dan angkuh penduduk negeri itu masih berada di sana.
Umat Nabi Musa menegaskan bahwa jika Nabi Musa tetap berkehendak akan memasuki tanah Kana'an, maka biar Nabi Musa sajalah bersama bantuan Tuhan yang akan memerangi kaum itu, sedangkan mereka tetap membangkang tidak mengikuti Nabi Musa memasuki Kana'an.
Jawaban Bani Israil (Yahudi) kepada utusan Nabi Musa ini menunjukkan kedangkalan pikiran dan kekerdilan mereka. Memang mula-mula mereka telah menyembah Allah mengikuti Nabi Musa, kemudian mereka berusaha menyembah anak sapi mengikuti ajakan Samiri. Memang kaum Yahudi itu biasa membangkang terhadap Nabinya, malah kadang-kadang membunuhnya. (Tafsir Kementerian Agama)