REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah melaksanakan puasa dan ibadah – ibadah lainnya, umat muslim akan merayakan hari raya Idul Fitri dan bertemu dengan kerabat – kerabat untuk saling memaafkan satu sama lain. Terdapat ayat yang menjelaskan pentingya saling memaafkan saat hari raya Idul FItri.
Allah SWT mencintai hamba-Nya yang melakukan perbuatan baik seperti berinfak, orang yang mengendalikan emosi, dan orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Seperti yang tertulis pada surat Ali Imran ayat 134 yang berbunyi,
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Arab Latin : Al-lażīna yunfiqūna fis-sarrā'i waḍ-ḍarrā'i wal-kāẓimīnal gaiẓa wal-‘āfīna ‘anin-nās(i), wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn(a).
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Idul Fitri juga waktu untuk menjalin tali silaturahmi antar kerabat jauh maupun dekat. Pada momen hari raya Idul Fitri juga merupakan waktu yang tepat untuk mengendalikan amarah, membersihkan hati, saling berbagi, dan saling memaafkan.
Menurut tafsir tahlili Kemenag, ayat tersebut menjelaskan sifat – sifat yang dicintai Allah SWT. Pertama, orang yang selalu menafkahkan hartanya baik dalam keadaan berkecukupan maupun dalam keadaan kesempitan (miskin), sesuai dengan kesanggupannya.
Kedua, orang yang menahan amarahnya. Apabila seseorang telah melatih diri seperti itu maka dia tidak akan melakukan tindakan-tindakan yang melampaui batas, bahkan dia akan menganggap bahwa perlakuan yang tidak adil terhadap dirinya itu mungkin karena khilaf dan tidak disengaja dan ia akan memaafkannya. Allah menjelaskan bahwa menahan amarah itu suatu jalan ke arah takwa.
Ketiga, orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Memaafkan kesalahan orang lain sedang kita sanggup membalasnya dengan balasan yang setimpal, adalah suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh setiap Muslim. Mungkin hal ini sulit dipraktekkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi manusia membalas kejahatan dengan kejahatan tetapi bagi manusia yang sudah tinggi akhlak dan kuat imannya serta telah dipenuhi jiwanya dengan ketakwaan, maka memaafkan kesalahan itu mudah saja baginya.