REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika Allah SWT merupakan Zat Yang Maha Melihat, manusia adalah kebalikannya. Dimensi indera manusia tidak bisa disamakan dengan sifat Allah sehingga bisakah manusia biasa melihat Allah secara zhahir (lahir)?
Dalam teks Alquran kerap disebutkan tentang sifat Allah Yang Maha Melihat, sedangkan manusia adalah kebalikannya. Yang dimaksud dengan Allah tidak dapat dijangkau dengan indera manusia ialah selama manusia masih hidup di dunia. Sedangkan pada hari Kiamat, orang-orang beriman akan dapat melihat Allah.
Allah menegaskan bahwa Dia dapat melihat segala sesuatu yang dapat dilihat, dan bashirah (penglihatan)-Nya dapat menembus seluruh yang ada, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya, baik bentuk maupun hakikat-Nya.
Di akhir Surat Al An'am ayat 103 sebagaimana Tafsir Kementerian Agama dijelaskan bahwa akhir ayat tersebut menegaskan lagi bahwa Allah, Zat-Nya Mahahalus, yang tidak mungkin dijangkau oleh indera manusia apalagi hakikat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu betapa pun halusnya, tidak ada yang tersembunyi dari pengetahuan-Nya.
Nabi Muhammad bersabda:
إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ رَبَّكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَمَا تَرَوْنَ الْقَمَرَ لَيْلَةَ الْبَدْرِ، وَكَمَا تَرَوْنَ الشَّمْسَ لَيْسَ دُوْنَهَا سَحَابٌ
(رواه البخاري عن جرير، صحيح البخاري)
Yang artinya, "Sesungguhnya kamu akan melihat Tuhanmu di hari Kiamat seperti kamu melihat bulan di malam bulan purnama, dan seperti kamu melihat matahari di kala langit tidak berawan.” (HR Imam Bukhari dari Jabir dalam Shahih Bukhadi IV: 283)
Tak hanya itu, Allah berfirman...