Rabu 10 Jan 2024 16:00 WIB

Ada 3 Jiwa Manusia, yang Manakah yang Menuntun ke Surga? ini Penjelasannya

Alquran menjelaskan bagaimana kondisi jiwa seseorang dan perihalnya.

Ilustrasi seseorang beribadah untuk menggapai ketenangan jiwa.
Foto: Khoirun Nasirin
Ilustrasi seseorang beribadah untuk menggapai ketenangan jiwa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menjelaskan tentang jiwa manusia yang ternyata berbeda-beda. Jiwa tersebut menunjukkan bagaimana kondisi kedekatan seseorang dengan Allah, apakah memang dekat, atau sebaliknya. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Al Ammarah bi suu’,

Yaitu suka menyuruh kepada keburukan. Kata tersebut  bermakna bahwa jiwa pada dasarnya memiliki sifat yang cenderung melakukan keburukan. Maka dari itu, setiap orang pada dasarnya memiliki sifat untuk melakukan hal yang buruk.  

Baca Juga

“Dan aku (yusuf) tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh kepada keburukan, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Mahapengampun lagi Mahapenyayang.” (QS Yusuf : 53)

2 Lawwamah,

yaitu menyesali diri. Dalam sifat ini, manusia sangat diwajarkan ketika merasa menyesal atas diri sendiri dan cenderung mencela dirinya. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam surah Alqiyamah: 2, “Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri).”

Annafsullawwamah, yaitu suatu keadaan di mana jiwa menyesali keadaan diri karena merasa kurang melakukan kebaikan dan menyesal atas keburukan yang dilakukan. Dalam hal ini, jiwa memiliki kesadaran akan hal itu. 

3. Muthmainnah,

yaitu sifat jiwa yang memperoleh ketenangan. Menurut Ibnu Qayyim dalam kitab Ighatsat al-Lahfan min Masyayidisy Syaithan, apabila jiwa merasa tenteram kepada Allah SWT tenang dengan mengingat-Nya, dan bertobat kepada-Nya, rindu bertemu dengan-Nya, dan menghibur diri dengan dekat kepada-Nya, maka ialah jiwa yang dalam keadaan muthmainnah. Seperti firman Allah dalam QS al-Fajr ayat 27-30.

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku.”  

Maka demikianlah sesungguh jiwa memiliki kecenderungan untuk berbuat buruk karena setiap jiwa punya hawa nafsu. Namun, permasalahannya adalah bagaimaan kita menahan diri utuk tidak dituntut oleh keburukan tersebut. 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement