Selasa 02 Jan 2024 21:12 WIB

Mengapa Istilah Ahlul Kitab Hanya untuk Yahudi dan Nasrani? Ini Penjelasan Imam Syafii

Ahlul kitab pada dasarnya beriman juga kepada Nabi Muhammad SAW.

Unsur penciptaan manusia menurut Alquran (ilustrasi). Ahlul kitab pada dasarnya beriman juga kepada Nabi Muhammad SAW
Foto: republika
Unsur penciptaan manusia menurut Alquran (ilustrasi). Ahlul kitab pada dasarnya beriman juga kepada Nabi Muhammad SAW

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Istilah ahlul kitab berasal dari dua kata bahasa Arab yang tersusun dalam bentuk idhafah, yaitu ahlu dan al-kitab. Ahlu berarti pemilik, ahli, sedangkan al-kitab berarti kitab suci. Jadi, ahlul kitab berarti, “pemilik kitab suci”, yakni para umat nabi yang diturunkan kepada mereka kitab suci (wahyu Allah). 

Dalam hal ini, Imam Syafii (w 204 H) menegaskan, yang dimaksud ahlul kitab hanya terbatas pada dua golongan, yaitu golongan Yahudi dan Nasrani dari Bani Israil. Sedangkan, di luar Bani Israil, sekalipun beragama Yahudi atau Nasrani, menurut Imam Syafii, tidak termasuk ahlul kitab

Baca Juga

Imam Syafii berargumen, Nabi Musa AS dan Isa AS hanya diutus untuk kaumnya, yaitu Bani Israil (hal ini menunjukkan bahwa objek seruan Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS yang diutus hanya Bani Israil) (Tafsir Imam Syafii, vol II, hlm 56). 

Adapun agama Majusi (Zoroaster), menurut Imam Syafii, tidak termasuk dalam kategori ahlul kitab (Al Umm: vol V, hlm 405). Hal itu karena Majusi tidak diturunkan kepadanya kitab dan juga tidak mengikuti salah satu dari agama Yahudi ataupun Nasrani. Dengan demikian, kaum Muslim tidak dihalalkan menikmati makanan sembelihan orang-orang Majusi dan tidak dapat pula mengawini wanita-wanita mereka walaupun dalam masalah membayar jizyah (pajak), kedudukan Majusi dan ahlul kitab dianggap sama.  

Ini disebabkan adanya pengecualian secara khusus, sebagaimana terdapat dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Syafii, yakni suatu ketika ditanyakan kepada Umar RA tentang perlakuan terhadap Majusi dalam masalah jizyah, Umar pun terdiam (tawaquf), sampai datang kepadanya Abdurrahman bin Auf seraya bersaksi bahwa ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Perlakukanlah mereka (kaum Majusi) sama dengan perlakuan terhadap ahlul kitab.” 

Sementara, ulama menyisipkan tambahan redaksi: “Tanpa memakan sembelihan mereka, dan tidak juga mengawini wanita mereka.” Hal ini juga dikuatkan oleh guru Imam Syafii, yaitu Imam Malik dalam kitabnya Al Muwaththa, bab Zakat, hadis ke-42.

Jadi, Imam Syafii menyatakan, dapat disimpulkan bahwa ahlul kitab hanya terbatas pada kedua golongan, yaitu Yahudi dan Nasrani, sementara Majusi (Zoroaster) tidak termasuk di dalamnya. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh firman Allah SWT: 

أَنْ تَقُولُوا إِنَّمَا أُنْزِلَ الْكِتَابُ عَلَىٰ طَائِفَتَيْنِ مِنْ قَبْلِنَا وَإِنْ كُنَّا عَنْ دِرَاسَتِهِمْ لَغَافِلِينَ

“(Kami turunkan Alquran ini) agar kamu (tidak) mengatakan bahwa, ‘Kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan sebelum kami. Dan, sesungguhnya kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca’” (QS Al Anam [6]: 156).

Pada masa awal perkembangan Islam, khususnya pada masa Rasulullah SAW dan para sahabatnya, istilah ahlul kitab selalu digunakan untuk menunjuk kepada komunitas agama Yahudi dan Nasrani. 

Selain kedua komunitas tersebut, mereka tidak menyebutnya sebagai ahli kitab. Kaum Majusi, misalnya, meskipun sudah dikenal pada masa Nabi SAW, mereka tidak disebut sebagai ahlul kitab. Namun, Rasulullah SAW memperlakukan mereka seperti halnya ahlul kitab.

Pendapat Imam Syafii senada dengan para ulama besar lainnya, seperti Thabary, Al Qurthuby (w 671 H) yang mengatakan tidak ada perbedaan bahwa Yahudi dan Nasrani adalah ahlul kitab.

Pernyataan ini dipertegas juga oleh Al Baghawy (w 516 H), Ibn Katsir (w 774 H), dan Al Biqa’iy (w 885 H) ketika menafsirkan QS Al Bayyinah ayat 1, yaitu yang dimaksud ahlul kitab adalah Yahudi dan Nasrani.

Baca juga: Suka Bangun Malam Hari Kemudian Ingin Tidur Lagi, Baca Doa Rasulullah SAW Ini

Kajian tentang ahlul kitab telah menyedot perhatian banyak ilmuwan Muslim, baik klasik maupun kontemporer. Salah satu kajian serius dilakukan oleh Dr Muhammad Azizan Sabjan, dalam disertasinya di International Institute of Islamic Thought and Civilization—International Islamic University Malaysia yang berjudul “The People of the Book and the People of a Dubious Book in Islamic Religious Tradition”.

Disertasi ini juga menyimpulkan, istilah ahlul kitab (the people of the book) pada komunitas pengikut agama Yahudi dan Nasrani. Golongan tersebut ada dua jenis, yakni true believers yang sejatinya adalah Muslim karena mereka mengimani kenabian Muhammad SAW saat dakwah Nabi SAW sampai pada mereka.

Golongan lain adalah misbelievers. Inilah yang masuk kategori ahlul kitab. “As stressed by al-Ghazali, they are those of the Jews and Christians who are exercising corrupted form of religions.”  

*Penggalan artikel Ahmad Alim tayang di Harian Republika 2011*  

photo
Infografis Alquran Bantah Orang Yahudi akan Jadi Penghuni Surga - (Republika.co.id)

 

sumber : Dok Istimewa
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement