REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ulama dan cendekiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M), mengatakan doa merupakan satu bentuk ubudiah. Buah dan manfaat ibadah bersifat ukhrawi. Adapun berbagai tujuan duniawi merupakan waktu pelaksanaan jenis doa dan ibadah tersebut, bukan tujuan itu sendiri.
Sebagai contoh, sholat Istisqa (meminta hujan) merupakan satu bentuk ibadah, sementara tidak turunnya hujan merupakan waktu pelaksanaan ibadah tersebut. Ibadah dan doa tadi bukan untuk menurunkan hujan. Jika ibadah dilakukan dengan niat itu semata, maka ia tidak layak dikabulkan lantaran tidak ikhlas karena Allah.
Demikian pula dengan waktu terbenamnya matahari. Ia merupakan waktu sholat maghrib. Lalu, waktu gerhana matahari dan bulan merupakan waktu pelaksanaan sholat kusuf dan khusuf (sholat gerhana).
Artinya, kata Nursi, Allah menyeru hamba-Nya kepada satu jenis ibadah berkenaan dengan tertutupinya tanda kekuasaan di siang hari dan di malam hari di mana keduanya menginformasikan keagungan Allah SWT.
“Jadi, ibadah tadi bukan dilakukan agar matahari dan bulan kembali terlihat sebagaimana hal itu diketahui oleh ahli astronomi. Jika kondisinya demikian, maka waktu tidak turunnya hujan juga merupakan waktu pelaksanaan sholat Istisqa,” kata Nursi dalam bukunya yang berjudul Iman Kunci Kesempurnaan terbitan Risalah Nur halaman 17-18.
Kemudian, lanjut Nursi, datangnya musibah dan bencana secara bertubi-tubi merupakan waktu untuk memanjatkan doa yang tulus. Ketika itu manusia menyadari kelemahan dan kefakirannya seraya bersimpuh dan berdoa di hadapan pintu Sang Mahakuasa.
“Jika Allah tidak menolak bala dan musibah padahal doa telah dipanjatkan, jangan menganggap doa tersebut tidak dikabulkan. Namun, waktu doa belum selesai. Nah, ketika dengan karunia-Nya bala dan musibah tadi diangkat oleh Allah, berarti waktu berdoa telah selesai,” jelas Nursi.
Dari sini, menurut Nursi, dapat dipahami doa merupakan salah satu rahasia ubudiah. Sementara ubudiah harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah, yaitu dengan berdoa kepada Tuhan seraya memperlihatkan kepapaan tanpa ikut campur dalam prosedur rububiyah-Nya.
Nursi menambahkan, manusia harus menyerahkan segala urusan pada pengaturan-Nya dan bersandar pada hikmah-Nya tanpa putus asa terhadap rahmat-Nya. Ya, dengan ayat-ayat yang jelas terbukti entitas dalam kondisi bertasbih kepada Allah SWT. Masing-masing memiliki tasbih sendiri dalam bentuk ibadah yang khusus, dan dalam sujud yang khusus.
“Dari berbagai bentuk ibadah tersebut yang tak terhingga itu lahirlah jenis-jenis doa yang mengantar kepada perlindungan Tuhan Pemelihara yang Mahaagung,” kata Nursi.