"Dari konteksnya dan konteks ayat-ayat lain, dipahami bahwa mereka (Bani Israil) menjadikannya (lembu) sebagai sesembahan. Agaknya, objek itu sengaja tidak disebutkan karena buruk dan tidak logisnya perbuatan tersebut sehingga ia tidak wajar diabadikan," kata Prof. Quraish.
Allah SWT kemudian mengecap Bani Israil sebagai orang-orang yang zalim, karena memang, dalam pandangan Quraish, mereka sungguh zalim dan aniaya. Bagaimana tidak zalim dan aniaya, Nabi Musa AS telah mengajarkan tauhid kepada mereka. Nabi Harun pun terus-menerus mengingatkan Bani Israil selama kepergian Nabi Musa.
"Tidak sedikit pun alasan atau dalih yang dapat membenarkan tindakan mereka. Walau demikian, Allah tidak menyiksa, bahkan memaafkan mereka setelah melakukan puncak dosa itu, dengan tujuan agar mereka mau bersyukur," kata Prof. Quraish.
Kemudian, ayat "Kemudian Kami memaafkan kamu setelah itu, agar kamu bersyukur", sebagaimana penjelasan Quraish, adalah untuk menunjukkan betapa nilai pengampunan itu sedemikian tinggi dan besar. Kala itu, Bani Israil masih diberi kesempatan agar munculnya kebaikan dari mereka.